REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana BUMN Perkebunan membentuk PalmCo dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat industri sawit nasional. Terutama melalui program hilirisasi dengan memenuhi kebutuhan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dalam negeri.
Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan, melalui konsolidasi unit-unit perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN Group, akan menjadikan PalmCo sebagai perusahaan sawit terbesar di Indonesia.
Dia mengemukakan, luas lahan menjadi salah satu keunggulan PalmCo. Selain itu, paparnya, lahan sawit yang dikelola PalmCo nantinya sudah sejak lama, sehingga produksi masih bisa ditingkatkan tanpa harus bergantung kepada pembukaan lahan baru, sehingga jauh dari isu deforestasi atau perusakan hutan.
“Saya kira PTPN pastilah berpotensi memperkuat industri sawit Indonesia karena dia punya land bank, yaitu area yang sangat luas dan kepemilikan lahan sudah lama,” jelas Fadhil Hasan, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (10/3/2023).
Program hilirisasi, menurutnya, akan sangat baik dilakukan pada saat ini karena harga CPO juga sedang naik. Dari sisi organisasi dan manajemen, dia menilai PTPN Group sedang dalam proses pembenahan dengan melakukan konsolidasi anak-anak usaha.
Setelah dibenahi, jelasnya, anak usaha yang sebelumya kurang efisien diperbaiki menjadi lebih efisien. Pembenahan organisasi dan perbaikan pengawasan akan mendukung kinerja keuangan PalmCo, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan swasta besar di Indonesia.
“Sekarang ini PTPN banyak melakukan pembenahan. Apalagi saat ini harga CPO sedang baik. Jadi perusahaan-perusahaan yang selama ini kurang efisien sudah dibenahi, sehingga ke depan bisalah berkembang,” ujarnya.
PalmCo berpotensi garap rnergi terbarukan
Lebih jauh, dia mengatakan, komitmen Indonesia untuk memproduksi energi terbarukan juga akan menguntungkan Palmco dan perusahaan sawit lainnya secara umum karena pasar CPO di dalam negeri akan lebih luas.
Data GAPKI menunjukkan konsumsi CPO di dalam negeri tahun 2022 lalu mencapai 20,97 juta ton, naik sebesar 13,82 persen dari tahun 2021.
Dari jumlah itu, konsumsi untuk pangan sekitar 9,94 juta ton, untuk biodiesel 8,84 juta ton dan untuk industri oleokimia 2,19 juta ton.
Fadhil menilai, PTPN Group dapat menjadi salah satu produsen energi terbarukan terbesar. Apalagi, energi terbarukan yang paling berjalan hingga saat ini adalah yang berbasis sawit.
“Penggunaan CPO untuk pangan terbatas konsumsinya, tetapi untuk industri dan bahan bakar nabati masih sangat besar. Jadi produksi energi terbarukan akan menguntungkan perusahaan sawit,” paparnya.
Sementara itu, dia menilai rencana PalmCo nantinya setelah terbentuk, untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan membantu meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan.
Dia meyakini jika dikelola dengan baik dan perusahaan bisa meyakinkan investor mengenai arah perusahaan, maka sahamnya akan dapat di terima di pelaku pasar modal.
“Rencana IPO menarik. Orang akan melihat prospeknya. Investor akan melihat kinerjanya dan harus jelas arahnya ke mana. Saya kira jelas akan sangat menarik,” ujar Fadhil Hasan.