Ahad 05 Mar 2023 13:37 WIB

Cuaca Buruk, Badan Pangan Sebut Produksi Beras Bisa Berkurang

Faktor utama yang bisa menghambat produksi terkait masalah cuaca buruk

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Desa Wates, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (3/3/2023). Menurut data BPBD setempat, sebanyak 2.216 hektare sawah di lima kecamatan di wilayah itu terdampak banjir sehingga sebagian petani gagal panen, sementara harga gabah di wilayah tersebut turun dari Rp5.300 per kilogram menjadi harga paling rendah mencapai Rp2.500 per kilogram akibat kualitas padi yang menurun akibat terendam banjir.
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Desa Wates, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (3/3/2023). Menurut data BPBD setempat, sebanyak 2.216 hektare sawah di lima kecamatan di wilayah itu terdampak banjir sehingga sebagian petani gagal panen, sementara harga gabah di wilayah tersebut turun dari Rp5.300 per kilogram menjadi harga paling rendah mencapai Rp2.500 per kilogram akibat kualitas padi yang menurun akibat terendam banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) memastikan ketersediaan pangan pokok beras dalam kondisi aman menghadapi momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Namun, NFA tak menampik masih terdapat sejumlah faktor yang bisa mengganggu produksi dalam negeri.

"Saya mau tekankan, posisi pangan untuk hadapi bulan Puasa dan Ramadhan secara umum aman. Namun, ada beberap hal yang harus kita waspadai," kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, I Gusti Ketut Astawa, dalam Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan 2023 yang ditayangkan melalui kanal Youtube Bank Indonesia, Ahad (5/3/2023).

Baca Juga

Lebih lanjut, Ketut mengatakan, faktor utama yang bisa menghambat produksi terkait masalah cuaca buruk beberapa waktu terakhir. Curah hujan yang tinggi tak bisa dihindari sehingga berpotensi menganggu tingkat produktivitas padi yang menghasilkan beras. Selain itu, ia mengaku berdasarkan laporan dari para petani terdapat gangguan hama di sentra-sentra padi imbas cuaca buruk

"Ini bisa saja menghambat, bisa saja prediksi kita terhadap surplus akan berkurang dari data yang kita miliki. Namun semua harus satu data," ujar Ketut.

Ia menyampaikan, total persediaan beras Januari-April diproyeksikan mencapai 19,36 juta ton. Itu terdiri dari stok awal 2023 sebesar 4,06 juta ton, produksi dalam negeri 14,8 juta ton, serta impor sebanyak 477 ribu ton.

Sedangkan total kebutuhan bulanan masih sekitar 2,55 juta ton atau 10,2 juta ton selama empat bulan sehingga diperoleh surplus dan menjadi stok akhir April 2023 sebesar 9,1 juta ton. Ketut mengatakan, berdasarkan prognosis data tersebut pasokan beras masih mencukupi pada momen hari raya umat Islam.

"Tapi, yang menjadi tantangan nanti adalah harga-harga," kata dia.

Karena itu, pihaknya berharap gerakan pengendalian inflasi pangan yang terus digencarkan bisa membantu pemerintah menjaga stabilitas harga. Badan Pangan mendukung sejumlah inisiatif program yang digencarkan dalam penyediaan pangan murah bagi masyarakat.

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran negara sebesar Rp 104,2 triliun. Anggaran itu termasuk untuk pengadaan cadangan beras pemerintah sebesar Rp 2,8 triliun dan dana cadangan stabilisasi harga pangan (CSHP) Rp 2,6 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement