Selasa 14 Feb 2023 09:32 WIB

IHSG Dibuka Naik Jelang Rilis Data Inflasi AS

Investor berharap data inflasi AS tidak seburuk yang ditakutkan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (14/2/2023). IHSG naik ke level 6.927,70 atau menguat 0,40 persen setelah ditutup menguat 0,29 persen kemarin.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (14/2/2023). IHSG naik ke level 6.927,70 atau menguat 0,40 persen setelah ditutup menguat 0,29 persen kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (14/2/2023). IHSG naik ke level 6.927,70 atau menguat 0,40 persen setelah ditutup menguat 0,29 persen kemarin.

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam.  "Investor berharap data inflasi AS yang dirilis nanti malam tidak akan keluar seburuk yang ditakutkan," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Selasa (14/2/2023).

Baca Juga

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 3,4 bps menjadi 3,71 persen setelah investor mengkalibrasi ulang ekspektasi seberapa tinggi suku bunga acuan akan di naikkan tahun ini.

Investor memang mempersiapkan diri untuk menghadapi minggu ini yang dipenuhi oleh rilis data ekonomi AS seperti inflasi (CPI), Penjualan Ritel dan Producer Price Index (PPI). Khusus CPI, para pakar ekonomi meramalkan inflasi akan naik 0,5 persen mom di Januari tapi akan melambat menjadi 6,2 persen yoy.

Dari Asia, investor mencerna rilis perhitungan awal (preliminary) data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang yang tumbuh 0,6 persen yoy, lebih rendah dari estimasi kenaikan 2,0 persen dan menyusul kontraksi 1,0 persen yoy di kuartal III 2022.

Investor juga akan fokus pada pengajuan Kazuo Ueda sebagai gubernur baru bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ). Investor berspekulasi kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (Yield Curve Control) akan segera di hapus di bawah kepemimpinan BOJ yang baru.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah turun, tertekan oleh rencana Pemerintah AS untuk menjual lebih banyak lagi minyak dari cadangan strategisnya sehingga mengimbangi sentimen positif dari pemangkasan produksi minyak oleh Rusia dan lonjakan permintaan minyak di China.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement