Sabtu 04 Feb 2023 16:57 WIB

Inggris Diperkirakan Jatuh ke Jurang Resesi Tahun Ini

Penurunan perekonomian hanya berlangsung singkat dan tidak separah yang diprediksi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
 Bendera  Inggris melambai di atas Kantor Kabinet, di London, Senin, 31 Januari 2022 (ilustrasi). Bank of England menyebut Inggris akan memasuki resesi pada tahun ini. Meski demikian, penurunan perekonomian tersebut hanya berlangsung singkat dan tidak separah yang diprediksi sebelumnya.
Foto: AP/Alberto Pezzali
Bendera Inggris melambai di atas Kantor Kabinet, di London, Senin, 31 Januari 2022 (ilustrasi). Bank of England menyebut Inggris akan memasuki resesi pada tahun ini. Meski demikian, penurunan perekonomian tersebut hanya berlangsung singkat dan tidak separah yang diprediksi sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank of England menyebut Inggris akan memasuki resesi pada tahun ini. Meski demikian, penurunan perekonomian tersebut hanya berlangsung singkat dan tidak separah yang diprediksi sebelumnya.

Resesi diperkirakan terjadi lebih dari satu tahun dan akan lebih sedikit orang yang kemungkinan kehilangan pekerjaan. Namun Bank Dunia memperingatkan ekonomi Inggris tetap rapuh.

Baca Juga

BBC pada Sabtu (4/2/2023) melaporkan, perkiraan tersebut muncul karena suku bunga dinaikkan menjadi empat persen dari 3,5 persen, tertinggi dalam lebih dari 14 tahun. Bank of England mengerek suku bunga sebagai upaya untuk mengatasi melonjaknya biaya hidup. 

Inflasi mendekati level tertingginya selama 40 tahun, lebih dari lima kali lipat dari yang seharusnya. Meski tren inflasi melandai, Gubernur Bank of England Andrew Bailey memperingatkan masih ada risiko besar yang dapat terus berdampak pada perekonomian.

Kamis (2/2/2023) lalu, Bank of England mengatakan suku bunga mungkin mendekati puncaknya. Hal tersebut mengindikasikan bank hanya akan menaikkan suku bunga lebih lanjut jika melihat tanda-tanda inflasi akan tetap tinggi.

Menurut Bailey, Inggris diperkirakan tidak akan bangkit kembali ke level sebelum Covid-19 hingga 2026. Covid-19 memiliki efek jangka panjang yang lebih besar daripada yang kami duga, terutama dalam hal-hal seperti pasokan tenaga kerja dan orang-orang yang memilih untuk keluar dari angkatan kerja," kata Bailey.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement