Senin 07 Apr 2025 12:46 WIB

50 Negara Nego AS Turunkan Tarif, Ada Indonesia?

Bessent mengeklaim tarif tersebut memberi Trump daya ungkit maksimal.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Presiden Donald Trump berbicara dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025, di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent menyampaikan terdapat lebih dari 50 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk memulai pembicaraan negoisasi menyusul penerapan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump.

Tarif yang menyebabkan penurunan nilai saham AS hampir 6 triliun dolar AS pekan lalu itu menghantam pasar global dan telah menarik perhatian dunia yang memicu kekhawatiran akan potensi kemerosotan ekonomi.

Baca Juga

"Namun, pemerintahan Trump telah meremehkan hal itu dan potensi kejatuhan ekonomi yang lebih dahsyat," tulis laporan Aljazeera pada Ahad (6/4/2025).

Laporan tersebut menyampaikan kecemasan para investor yang menunggu pembukaan perdagangan AS setelah aksi jual Wall Street pekan lalu dan mengantisipasi minggu penuh gejolak lainnya saat negara-negara lain bereaksi. Pasar Asia diperkirakan akan mengalami hari yang sulit.

Dalam serangkaian wawancara acara bincang-bincang pada Ahad (6/4/2025), penasihat ekonomi utama Trump membela tarif tersebut dan menggambarkannya sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi AS dalam perdagangan global.

Bessent mengeklaim tarif tersebut memberi Trump daya ungkit maksimal, meskipun dampaknya terhadap ekonomi AS masih belum pasti. Bessent menepis kekhawatiran tentang resesi, dengan mengutip pertumbuhan lapangan kerja yang luar biasa kuat di AS.

Bessent menyampaikan tarif dasar awal sebesar 10 persen mulai berlaku di pelabuhan laut, bandara, dan gudang pabean AS, menandai penolakan penuh Trump terhadap sistem tarif yang disepakati bersama pascaPerang Dunia II.

Meskipun demikian, para ekonom telah memperingatkan bahwa tarif tersebut dapat menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) AS, dengan ekonom JPMorgan merevisi perkiraan pertumbuhan mereka dari peningkatan 1,3 persen menjadi penurunan 0,3 persen.

Tarif tersebut, yang ditujukan untuk menekan pemerintah asing agar memberikan konsesi, juga telah memicu pungutan balasan, termasuk pungutan besar dari Cina, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang global.

Sekutu AS seperti Taiwan, Israel, India, dan Italia telah menyatakan minatnya untuk bernegosiasi dengan AS untuk menghindari tarif.

Pemimpin Taiwan Lai Ching-te menawarkan tarif nol sebagai dasar pembicaraan, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta keringanan tarif 17 persen atas barang-barang Israel.

Sementara itu, AS terus menerapkan tarif, dengan bea timbal balik yang lebih tinggi diperkirakan akan berlaku pada Rabu.

Para kritikus telah mengemukakan kekhawatiran atas metode yang digunakan untuk menentukan tarif, terutama setelah tarif tersebut diterapkan pada beberapa wilayah terpencil dan tak berpenghuni. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick membela strategi tersebut, dengan mengklaim strategi tersebut bertujuan untuk mencegah negara-negara menghindari tarif dengan celah hukum.

photo
Infografis kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump. - (Infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement