REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan earnings yang relatif stabil di tengah potensi resesi global. Hal tersebut didukung oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang solid.
Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Andrian Tanuwijaya mengakui pertumbuhan laba per saham (EPS) tahun 2023 terlihat tidak spektakuler. Ia memperkirakan tumbuhannya hanya enam persen saja.
"Namun apabila sektor komoditas tidak diikutsertakan dari perhitungan EPS, sebenarnya cukup banyak sektor-sektor unggulan lain yang berpotensi tumbuh di level belasan persen," kata Andrian dalam risetnya, Senin (30/1/2023).
Di samping katalis positif, menurut Andrian, pasar keuangan masih akan dibayangi sejumlah risiko. Risiko utama adalah faktor geopolitik dan potensi perlambatan perdagangan yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, meskipun posisi makro ekonomi Indonesia saat ini sudah relatif jauh lebih kuat dalam menghadapi volatilitas harga komoditas berkat efek program hilirisasi, sentimen terkait citra Indonesia sebagai negara pengekspor bahan mentah masih melekat di mata investor.
"Inilah yang menyebabkan volatilitas harga komoditas juga dapat menjadi risiko jangka pendek yang membayangi pergerakan bursa saham Indonesia," kata Andrian.
Meski demikian, Andrian menyematkan outlook yang positif terhadap pasar saham Indonesia di 2023, apalagi koreksi yang terjadimembuka potensi penguatan yang menarik di pasar saham. Potensi katalis ganda dari peralihan kebijakan The Fed dan China dapat menopang sentimen yang lebih positif di pasar saham Asia, termasuk Indonesia.
Secara sektoral, Manulife Aset Manajemen Indonesia memiliki pandangan yang positif pada beberapa tema, seperti green energy. Sektor ini didukung oleh pengembangan industri hilir logam yang berkelanjutan yang dapat berdampak positif pada volume penjualan dan dapat menopang nilai tukar Rupiah lewat stabilitas pada neraca berjalan.
Selain itu, ada juga sektor consumer discretionary dan financials. Sektor ini mendapat dukungan dari meredanya tekanan inflasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang pemilu serentak di 2024. Kondisi ini dapat menjadi dorongan tambahan bagi aktivitas domestik.
Terakhir adalah sektor communication services didukung ruang pertumbuhan top line yang stabil, ekspansi margin, kompetisi yang sehat. Sektor ini juga didukung oleh selera pasar yang lebih kuat.