Senin 23 Jan 2023 22:56 WIB

Menkeu: Pemulihan Indonesia Terjaga di Tengah Ancaman Resesi

Indonesia mengalami pemulihan yang sedang naik dan merata di seluruh sektor.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menghadiri pelaksanaan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat subsisten di Kantor Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jumat (20/1/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia mengalami pemulihan yang sedang naik dan merata di seluruh sektor. Hal itu terjadi di tengah ancaman resesi global.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menghadiri pelaksanaan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat subsisten di Kantor Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jumat (20/1/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia mengalami pemulihan yang sedang naik dan merata di seluruh sektor. Hal itu terjadi di tengah ancaman resesi global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia mengalami pemulihan yang sedang naik dan merata di seluruh sektor. Hal itu terjadi di tengah ancaman resesi global.

“Indonesia pertumbuhannya untuk 2022 karena baru akan dipublikasi BPS (Badan Pusat Statistik) bulan Februari kira-kira masih di 5,2 hingga 5,3 persen. Itu jauh lebih tinggi dibandingkan (pertumbuhan ekonomi) dunia di 1,7 persen,” ujar Menkeu seperti dilansir dari keterangan resmi, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

Ia menegaskan, Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi instrumen yang dapat diandalkan ketika menghadapi berbagai macam ancaman seperti pandemi serta harga minyak dan pangan yang melonjak. APBN dinilai menjadi instrumen penting demi menjaga masyarakat, ekonomi dan dunia usaha.

"Kita tetap akan jaga faktor-faktor yang mendukung pemulihan ekonomi,” tutur dia.

Konsumsi dan daya beli masyarakat, lanjutnya, juga harus terus dijaga demi mendukung pemulihan ekonomi. APBN memberikan bantalan agar daya beli masyarakat bisa terjaga, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan.

Pada 2022, bantuan sosial mendekati Rp 460 triliun dan tahun ini naik menjadi Rp 476 triliun. Ketika guncangan berasal dari harga minyak, pemerintah memberikan subsidi dari semula Rp 152 triliun menjadi Rp 555 triliun.

“Masyarakat yang paling rentan kita bantu. Bantuannya pakai PKH (Program Keluarga Harapan), sembako, bahkan kadang-kadang kita memberikan untuk anak-anaknya uang kuliah, uang beasiswa, dan berbagai bantuan kepada masyarakat yang paling rentan. Kita jaga supaya ekonomi kita yang lagi tumbuh tinggi tetap bertahan pada 2023,” jelas Menkeu.

Selain meningkatkan bantuan sosial, berbagai program dalam APBN digunakan pula untuk memberikan bantuan kepada UMKM, seperti melakukan restrukturisasi kredit perbankan sehingga banyak UMKM tidak perlu mencicil utangnya dulu. APBN turut memberikan bantuan kepada para pedagang kaki lima.

“Kita memberikan langsung cash untuk modal kerja karena memang mereka modalnya habis selama kegiatan berhenti dan kita memberikan banyak sekali selama proses penyembuhan ekonomi dan covid ini bantuan-bantuan,” ujar Sri Mulyani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement