REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data neraca perdagangan yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor nasional yang melambat pada Desember 2022. Meski masih mencatatkan surplus neraca perdagangan, perlambatan perdagangan dinilai semakin menegaskan pelemahan permintaan global.
"Ini menunjukkan, dari sisi ekspor memang ada pelemahan permintaan global. Itu karena pelemahan permintaan akibat disrupsi di beberapa mitra dagang seperti China dan pengetatan suku bunga moneter global," ujar Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky kepada Republika, Senin (16/1/2023).
Pengetatan suku bunga, kata dia, memengaruhi perdagangan global. Hal itu kemudian menyebabkan kinerja ekspor Indonesia relatif menurun. Sementara, dari sisi impor, ujarnya, memang ada penurunan dalam level cukup tinggi.
"Impor ini menunjukkan aktivitas perekonomian domestik masih cukup berjalan, jadi sebetulnya pertanda baik walau penurunan ini mengikuti siklus akhir tahun," ujar Riefky.
Menututnya, kinerja perdagangan nasional belum terlalu mengkhawatirkan. BPS mencatat, nilai impor Indonesia pada Desember 2022 mencapai 19,94 miliar dolar AS. Angka itu naik 5,16 persen dibandingkan November 2022, namun turun signifikan 6,61 persen jika dibandingkan Desember 2021.
Dijelaskan, impor migas Desember 2022 senilai 3,20 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 5,23 persen dibandingkan Desember 2021. Sementara, impor nonmigas pada Desember 2022 senilai 16,74 miliar dolar AS atau turun 6,87 persen jika dibandingkan Desember 2021.
Sedangkan nilai ekspor pada Desember 2022 mencapai 23,83 miliar dolar AS. Angka itu turun 1,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor nonmigas terbesar mencapai 2,73 persen pada Desember 2022. Dijelaskan, ekspor nonmigas Desember 2022 mencapai 22,35 miliar dolar AS atau turun 2,73 persen dibanding November 2022. Hanya saja, angka tersebut naik 4,99 persen jika dibanding ekspor nonmigas pada Desember 2021.