Kamis 12 Jan 2023 17:09 WIB

Diangkat Sektor Teknologi, IHSG Ditutup Naik 0,69 Persen

IHSG berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (12/1/2023).

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (12/1/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (12/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (12/1/2023). Konsisten bergerak di area positif, IHSG ditutup menguat 0,69 persen ke level 6.629,93.

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan penguatan IHSG sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia. Mayoritas ditutup naik menjelang rilis data inflasi (CPI) AS untuk nanti malam.

Baca Juga

"Investor mempunyai ekspektasi bahwa inflasi sudah mulai mendingin di bulan Desember yang dapat memberi sinyal kepada bank sentral AS bahwa rangkaian kenaikan suku bunga yang di lakukan tahun lalu telah berhasil mencapai tujuannya," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (12/1/2023).

Dari Asia, Cina melaporkan laju inflasi yang semakin cepat di bulan Desember. Hal tersebut didorong oleh lonjakan harga berbagai bahan makanan meskipun permintaan domestik terus melemah di tengah gelombang terkini penularan Covid-19.

Inflasi Cina naik 1,8 persen YoY di bulan Desember, lebih tinggi dari kenaikan 1,6 persen YoY di bulan November. Untuk tahun 2022, inflasi naik 2,0 persen, di bawah target Pemerintah China di sekitar 3 persen.

Data Producer Price Index (PPI) Cina memperlihatkan inflasi di level produsen turun 0,7 persen di bulan Desember, lebih kecil dari penurunan tajam 1,3 persen di bulan November. Dengan demikian, PPI sudah mencatatkan deflasi selama tiga bulan beruntun seiring dengan memburuknya permintaan domestik di tengah lonjakan kasus penularan virus Covid-19.

Di pasar valuta asing (Valas), nilai tukar yen Jepang naik tajam terhadap dolar AS setelah surat kabar Yomiuri melaporkan bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ) akan mempelajari kembali (review) dampak dari kebijakan moneter Jepang yang super longgar pada pertemuan kebijakan BOJ minggu depan.

BOJ diyakini akan mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengkoreksi gangguan atau distorsi pada kurva imbal hasil (yield curve). Hal ini mungkin dipicu oleh fakta bahwa imbal hasil surat utang Pemerintah Jepang (JGB) bertenor 10 tahun sudah bertahan di batas atas (0,5 persen) dari kisaran target selama empat hari beruntun pada saat BOJ sibuk memborong JGB dari pasar untuk menurunkan yield.

Sektor teknologi memimpinnkenaikan sebesar 1,66 persen, disusul sektor finansial yang memguat 1,64 persen daj industri dasar naik 1,17 persen. Sebanyak 295 saham naik dan 227 saham mengalami penurunan. 

Adapun beberapa saham yang dalam jajaran top gainers yakni RDTX, MIDI, ARTO, SMGR dan PRDA. Sedangkan saham yang termasuk top losers yaitu ITMG, BYAN, UNIC, STTP dan TECH.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement