REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi frekuensi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tahun ini mengalami peningkatan. Sepanjang 2022, penerbitan surat berharga syariah negara ritel sebanyak empat kali, yakni dua kali Sukuk Ritel dan dua kali Sukuk Tabungan.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan potensi penyerapan SBSN Ritel akan meningkat dibandingkan 2022, sebesar Rp 55,4 triliun.
"Diharapkan meningkat frekuensi penerbitan bertambah satu kali frekuensi," ujarnya ketika dihubungi Republika, Jumat (6/1/2023).
Dwi merinci penerbitan sukuk Ritel seri SR018 dilaksanakan pada April 2023 dengan masa penawaran dibuka sejak Maret. Sedangkan penerbitan Sukuk Ritel seri SR019 dilaksanakan pada September 2023 dengan masa penawaran Agustus – September 2023.
Penerbitan Sukuk Tabungan seri ST010 dilaksanakan pada Mei 2023 dengan masa penawaran Mei 2023. Penerbitan Sukuk Tabungan seri ST011 dilaksanakan pada Desember 2023 dengan masa penawaran yang dibuka sejak November 2023.
Penerbitan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) atau sukuk wakaf ritel Seri SWR004 akan dilaksanakan Juli 2023. Namun masa penawarannya dibuka sejak Mei 2023.
"Adapun terkait besaran imbalan mengikuti tren yield yang ada di pasar keuangan menjelang penetapan timbalan sebelum masa penawaran berlangsung," katanya.
Secara umum, ada empat jenis Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang ditawarkan pemerintah secara online. Diantaranya obligasi negara ritel Indonesia (ORI), savings bond ritel (SBR), sukuk tabungan (ST) dan sukuk ritel (SR).
Menurut sifat pengelolaannya, SBN Ritel dibagi menjadi dua tipe yaitu konvensional dan syariah. SBN Ritel konvensional yakni ORI dan SBR, sementara yang syariah yakni SR dan ST.