Kamis 29 Dec 2022 13:41 WIB

Industri Properti Prospektif, Penjualan Apartemen Diprediksi Meningkat Tahun Depan

Industri properti akan tetap tumbuh bila target ekonomi 5 persen tercapai tahun depan

Suasana apartemen (ilustrasi). Pengamat properti Anton Sitorus mengatakan industri properti pasti akan tetap memiliki ruang pertumbuhan bila pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target di kisaran 4,5 sampai 5 persen pada tahun depan. Pertumbuhan terutama akan terjadi di segmen-segmen residensial dan logistik.
Foto: Dok. Web
Suasana apartemen (ilustrasi). Pengamat properti Anton Sitorus mengatakan industri properti pasti akan tetap memiliki ruang pertumbuhan bila pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target di kisaran 4,5 sampai 5 persen pada tahun depan. Pertumbuhan terutama akan terjadi di segmen-segmen residensial dan logistik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketangguhan ekonomi nasional menahan potensi resesi, hingga optimisme pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen akan mengerek sentimen positif pada industri properti. Segmen hunian vertikal alias apartemen juga ditaksir akan tetap melanjutkan pertumbuhan positifnya sejak semester dua tahun ini. 

Pengamat properti Anton Sitorus mengatakan industri properti pasti akan tetap memiliki ruang pertumbuhan bila pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target di kisaran 4,5 sampai 5 persen pada tahun depan. Pertumbuhan terutama akan terjadi di segmen-segmen residensial dan logistik. 

"Pemulihan ekonomi yang sudah mulai terjadi pada tahun ini saya pikir juga masih akan terus berlanjut," ungkap Anton, Kamis (29/12).

Sampai November 2022, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen masih berada dalam tren positif dengan pertumbuhan 8 persen (yoy). Sedangkan secara kuartalan, BI melaporkan pada kuartal III 2022 pertumbuhan mencapai 3,27 persen yang merupakan pertumbuhan paling tinggi sejak 2020, atau setelah pandemi. 

Melansir rumah.com Indonesia Property Market Report Q3-2022, permintaan terhadap apartemen juga tercatat tumbuh tinggi sebesar 12,4 persen secara kuartalan namun belum diiringi dengan pertumbuhan pasokan yang hanya tumbuh 3,0 persen, sementara indeks harga justru terkontraksi 0,5 persen.

Anton menjelaskan keseimbangan antara pasokan, harga, dan permintaan saat ini memang menjadi tantangan para pengembang apartemen kini hingga tahun depan. Para pengembang yang dapat mengatasi tantangan ini, niscaya dapat mendorong mendapat respons positif dari pasar. 

Menurut Anton, pengembang perlu terus berinovasi dan kreatif. "Jabodetabek memiliki sekitar 30 juta penduduk, jika pengembang dapat menghasilkan pasokan apartemen dalam jumlah banyak di tengah permintaan yang tinggi dengan harga yang terjangkau, sudah pasti akan ramai," sambung Anton. 

Anton menambahkan, preferensi masyarakat dalam memilih apartemen utamanya terkait lokasi. Aksesibilitas yang prima menuju pusat aktivitas seperti Jakarta, ditopang fasilitas yang lengkap dan harga yang terjangkau akan menjadi nilai tambah utama untuk masyarakat. Ditambah dengan komitmen pembangunan serta ketepatan waktu serah terima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement