REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk mendorong transisi energi. Bersama dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), PLN berkomitmen mengimplementasikan peta jalan transisi energi untuk mencapai net zero emission pada 2060.
Ketua Umum MKI Evy Haryadi mengatakan, ada urgensi dalam mendiversifikasi sistem energi secara cepat untuk melakukan transisi energi. Untuk itu, seluruh pihak perlu memanfaatkan sumber daya yang ada secara harmonis.
“MKI mengajak para pemangku kepentingan sektor energi untuk melakukan pendekatan less carbon melalui pengembangan EBT dan sumber daya fosil secara harmonis,” kata Haryadi dalam kegiatan Indonesia National Electricity Day 2022 atau Hari Listrik Nasional (HLN) ke-77 pada Selasa (29/11/2022).
Ia melanjutkan, MKI akan mendorong penggunaan teknologi yang efisien dan bersih dalam mendukung pengurangan emisi karbon secara global. Selain itu, transisi energi secara global mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan masa depan energi yang lebih bersih.
Puncak acara HLN ke-77 terdiri atas seminar dan pameran industri ketenagalistrikan. Kegiatan ini berlangsung pada 29-30 November di Hotel Mulia Senayan, Jakarta.
“Konferensi ini dirancang untuk mendiskusikan peluang dan tantangan serta memberikan solusi untuk persoalan yang timbul dalam transisi energi,” kata Haryadi.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mendukung penuh upaya MKI untuk mengonsolidasikan lini energi dari hulu hingga hilir yang ada demi transisi energi. Hal ini penting dilakukan untuk mendorong kemandirian energi yang akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
“Kita membangun ekosistem yang kondusif untuk berkolaborasi dan berinvestasi. Untuk itu, di sini MKI adalah ‘soko guru’ dari ekosistem ketenagalistrikan kita. MKI adalah kekuatan yang luar biasa agar transisi energi bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Dalam upaya ini, PLN telah berkomitmen melalui Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang paling hijau sepanjang sejarah. Yakni dengan target 51,6 persen tambahan pembangkit berbasis EBT atau sekitar 20,9 GW hingga 2030 serta membangun ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.
“Pemanasan global adalah masalah kita bersama. Jadi, MKI mari kita berkolaborasi, mari menyelaraskan derap langkah kita agar kita bisa maju bersama,” katanya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan ada dua poin khusus terkait energi yang disepakati para pemimpin negara dalam KTT G-20, yaitu mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau dan investasi yang inklusif.
“Peta jalan transisi energi telah disepakati menjadi panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi. Mengambil momentum KTT G-20 dan Hari Listrik Nasional, hendaknya menjadi motivasi kita semua untuk mendorong transisi energi,” kata Arifin.
Arifin berharap sektor ketenagalistrikan di Indonesia bisa segera bertransformasi untuk menyediakan energi bersih yang andal, ramah lingkungan, dan menjangkau seluruh masyarakat di tanah air.
“Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan efisiensi perlu terus didorong untuk menjaga ketahanan energi sekaligus mewujudkan kemandirian energi jangka panjang,” ujar Arifin.