REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform (Core) Indonesia kinerja ekonomi akan menghadapi tantangan lebih besar pada akhir tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari target pemerintah untuk mengembalikan defisit sebesar tiga persen.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy mengatakan belanja pemerintah per kuartal III 2022 mengalami kontraksi. Padahal jika dilihat pada tahun ini, pemerintah masih relatif ekspansif dalam kebijakan fiskal, bahkan tumbuh relatif tinggi.
“Terbatasnya ruang belanja pemerintah maka kondisi ataupun pos belanja anggaran yang belum terealisasikan secara optimal pada kuartal ketiga perlu disebut dan direalisasikan sampai dengan kuartal keempat nanti, sehingga harapannya belanja pemerintah bisa menopang pertumbuhan kuarter keempat,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/11/022).
Disamping itu, menurutnya, kondisi inflasi yang masih berada level cukup tinggi bisa berpotensi menekan konsumsi rumah tangga terutama per kuartal IV 2022. “Nanti karena kalau kita lihat level inflasi yang tinggi memang terjadi periode 2022, sehingga menurut saya ini yang kemudian baru akan terasa dampaknya secara lebih masif kuartal keempat,” ucapnya.
Yusuf menyebut laju inflasi akan akan menentukan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2022. Apabila inflasi bisa ditekan ke level yang lebih rendah dibandingkan posisi terakhir maka optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV.
“Saya kira masih bisa dijaga namun sebaliknya jika pertumbuhan inflasi mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan posisi terakhir maka pertumbuhan ekonomi meskipun masih berada pada level yang positif dan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu atau berpotensi tertekan dan berpotensi melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga,” ucapnya.