Senin 24 Oct 2022 12:42 WIB

Diwarnai Sentimen Positif, Simak Rekomendasi Saham untuk Trading Pekan Ini

Ada sentimen positif dari minggu lalu yang bakal menggerakkan market pekan ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah sentimen positif akan mewarnai pergerakan pasar saham. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino, menyebutkan setidaknya ada delapan sentimen positif dari minggu lalu yang bakal menggerakkan market pada pekan ini.

Kedelapan sentimen positif tersebut adalah neraca perdagangan September yang kembali surplus, keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga kredit, masih solidnya pertumbuhan kredit September, diperpanjangnya kebijakan uang muka 0 persen untuk kredit kendaraan bermotor hingga akhir 2023, aksi beli investor asing, solidnya laporan keuangan emiten di kuartal III 2022, kenaikan harga minyak kelapa sawit dan lebih baiknya beberapa laporan keuangan di Wall Street.

Baca Juga

"Sementara itu sentimen negatif dari minggu lalu hanya ada dua yakni naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika dan tertekannya nilai tukar Rupiah," kata Mino di Jakarta Senin, (24/10/2022).

Terkait neraca perdagangan, Mino menjelaskan pada bulan September neraca perdagangan kembali tercatat surplus sebesar 4,94 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari konsensus 4,84 miliar dolar AS, namun lebih rendah dari sebelumnya 5,71 miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh pertumbuhan ekspor 20,28 persen yoy dari sebelumnya 29,93 persen yoy dan naiknya impor 22,02 persen yoy dari sebelumnya 32,81 persen yoy. Di sepanjang kuartal III 2022, neraca perdagangan mencapai 14,92 miliar dolar AS atau tumbuh 13 persen yoy. Sedangkan dari awal tahun neraca dagang surplus 39,97 miliar dolar AS atau tumbuh 59 persen yoy.

Sementara itu, keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen sebagai langkah front loaded, pre emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi. BI juga memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0 persen sampai 1 persen lebih awal pada semester I 2023 dari sebelumnya semester II 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah menguatnya dolar AS dan ketidakpastian global.

Pertumbuhan kredit September juga masih solid yakni sebesar 11 persen yoy naik dari sebelumnya 10,62 persen. Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh seluruh jenis kredit (kredit modal kerja, investasi dan konsumsi) serta seluruh sektor ekonomi.

Menariknya, setelah dalam empat minggu berturut-turut asing melakukan aksi jual sebesar Rp7,84 triliun, akhirnya pada perdagangan kemarin asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp0,5 triliun. "Dengan pembelian bersih tersebut maka dari awal tahun asing telah membukukan beli bersih Rp62,61 triliun," tegasnya.

Sentimen positif lainnya yakni solidnya laporan keuangan emiten di kuartal III 2022. Di sepanjang sembilan bulan 2022 BBCA membukukan pendapatan bunga bersih Rp46,1 triliun tumbuh 9 persen yoy dengan total pendapatan mencapai Rp62,8 triliun tumbuh 9 persen yoy. Laba operasional sebelum pencadangan mencapai Rp39,6 triliun tumbuh 9 persen yoy. Sementara itu laba bersih tumbuh 25 persen yoy menjadi Rp28,9 triliun.

Terkait harga komoditas minyak kelapa sawit yang berhasil membukukan kenaikan cukup signifikan 4,33 persen, Mino menegaskan kenaikan harga minyak kelapa sawit tersebut dipicu oleh melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar AS dan kekhawatiran akan gangguan cuaca.

Dari sisi sentimen negatif, kekhawatiran investor terhadap peluang tertekannya ekonomi Amerika seiring keagresifan The Fed dalam menaikan suku bunga acuan paska dirilisnya data inflasi yang masih lebih tinggi dari ekspektasi sempat membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun menyentuh level 4,337 persen yang merupakan level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.

"Namun munculnya ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan keagresifannya dalam menaikan suku bunga acuan membuat yield bergerak turun ke level 4,21 persen," tegasnya.

Sentimen negatif kedua yakni menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya sehingga membuat rupiah Kembali mengalami tekanan dan pada minggu lalu menyentuh level 15.600an.

Mino lantas menjelaskan sejumlah sentimen positif yang bakal menggerakkan market dalam sepekan mendatang yakni dari sisi domestik ada laporan keuangan emiten di kuartal III 2022, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga komoditas.

"Sementara itu dari sisi eksternal, market minggu ini akan tertopang oleh berlanjutnya musim laporan keuangan kuartal III 2022, perkembangan yield obligasi, rilis data Indeks Pengeluaran Konsumen (PCE), indeks manufaktur dan data pertumbuhan ekonomi China dan Amerika di kuartal III 2022," tegasnya.

Berkaca dari kuatnya sentimen positif yang bakal menopang market pada sepekan ke depan, Mino pun merekomendasikan aksi buy pada sejumlah saham untuk trading, yakni:

PGAS (Support:1,780, Resist: 1,950, Cut Loss: 1,730), 

ADRO (Support: 3,760, Resist: 4,200, Cut Loss: 3,570), 

INDF (Support: 6,050, Resist: 6,500, Cut Loss: 5,850), 

UNVR (Support: 4,850, Resist: 5,650, Cut Loss: 4,500), 

BBNI (Support: 8,425: Resist: 9,600, Cut Loss: 7,850), 

BBRI (Support: 4,260, Resist: 4,580, Cut Loss: 4,100), 

BBCA (Support: 8,225, Resist: 9,050, Cut Loss: 7,875),

PNBS (Support: 89, Resist: 101, Cut Loss: 83), 

KLBF (Support: 1,840, Resist: 2,100 1,725), 

ASII (Support: 6,200 Resist: 6,850, Cut Loss: 5,950).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement