REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan, industri perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Intermediasi keuangan oleh perbankan tetap tumbuh positif secara year on year (yoy), kredit mengalami pertumbuhan sebesar 10,62 persen pada Agustus 2022 dengan ditopang oleh pertumbuhan di seluruh jenis kredit pada mayoritas sektor ekonomi.
Sektor perbankan juga diharapkan dapat mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar bisa naik kelas melalui pembiayaan, termasuk dalam platform digital. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan untuk meningkatkan porsi kredit UMKM minimal 30 persen pada 2024.
Guna mencapai target ini, pemerintah memerlukan dukungan dari semua pihak agar dapat terlaksana dengan baik. “Membaiknya pemintaan masyarakat, diminta agar perbankan dapat menyelaraskan lending appetite ataupun penyaluran kredit bagi dunia usaha guna memastikan dukungan yang cukup bagi sektor pendorong pemulihan ekonomi,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka Munas XI Perbarindo 2022 dan Launching BPR e-Cash serta BPR DIGI secara virtual, Rabu (19/10).
Ia melanjutkan, bisnis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sendiri telah banyak yang menyasar kepada jenis kredit konsumsi serta UMKM. Hal ini berpotensi menjadi buffer di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh dengan ketidakpastian.
Di tengah kinerja UMKM yang mulai bangkit seiring meredanya pandemi, kinerja BPR/BPRS juga diharapkan semakin terungkit. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara year on year pertumbuhan kredit BPR pada Juli 2022 yakni sebesar 9 persen dengan tingkat nonperfoming loan yang masih terjaga, demikian juga dengan kinerja BPR berdasarkan rasio keuangan.
Airlangga menilai, peran strategis BPR/BPRS tersebut harus didukung oleh penguatan sinergi antara pemerintah, otoritas keuangan, dan bank sentral. Tujuannya agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga dan tata kelola bank menjadi lebih baik dalam memajukan sektor riil, termasuk UMKM.
“Sektor keuangan perlu didorong untuk memanfaatkan momentum akselerasi daripada digitalisasi terutama pascaCovid-19. Digitalisasi terbukti mampu menghasilkan layanan keuangan yang efisien dan menjangkau pasar yang lebih luas. 19 juta UMKM telah masuk dalam ekosistem digital dan ditargetkan 30 juta UMKM akan masuk dalam ekosistem digital pada 2024,” ujar Airlangga.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga mengapresiasi Perbarindo yang telah meluncurkan layanan berbasis digital yaitu BPR e-Cash dan BPR Digi pada Maret lalu. Hal ini turut mendukung perkembangan ekonomi digital dan inklusivitas keuangan di Indonesia serta sejalan dengan perkembangan bisnis dan teknologi yang semakin dinamis sehingga memudahkan masyarakat dalam bertransaksi.
Dalam jangka panjang, Indonesia memiliki target ekonomi untuk dapat tumbuh tinggi dan keluar dari middle income trap. Sektor keuangan termasuk BPR/BPRS diharapkan dapat berkontribusi melalui peningkatan literasi keuangan dan pendalaman pasar, serta akses pembiayaan ke seluruh masyarakat Indonesia.
“Saya harap BPR e-Cash dapat meningkatkan layanan BPR atau BPRS bagi nasabah secara digital melalui smartphone dan BPR Digi dapat memberikan kemudahan akses dan transaksi kepada para nasabah BPR atau BPR Syariah. Semoga komitmen tersebut dapat meningkatkan daya saing BPR maupun BPRS kedepan,” tuturnya.