Kamis 20 Oct 2022 16:21 WIB

Dicaplok Grup Salim, Kinerja BUMI Diprediksi Bakal Terangkat

BUMI akan menerbitkan 200 miliar saham biasa Seri C melalui skema private placement.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Bumi Resources
Bumi Resources

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bumi Resources Tbk telah mengantongi izin dari pemegang saham untuk melaksanakan private placement atau non-preemptive rights (NPR). Aksi korporasi ini dinilai akan menjadi sentimen positif bagi saham berkode BUMI tersebut. 

Masuknya investor strategis baru  diyakini dapat mendongkrak kinerja BUMI ke depan. "NPR akan menjadikan BUMI sebagai perusahaan dengan kas bersih pada 2023," kata Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi dalam risetnya, dikutip Kamis (20/10/2022). 

Baca Juga

Jonathan mengatakan NPR akan membantu BUMI memperbaiki neracanya. Melalui skema tersebut, BUMI akan menerbitkan 200 miliar saham biasa Seri C dengan harga pelaksanaan Rp 120. Dari penerbitan saham tersebut, BUMI berpotensi menghimpun dana 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp24,8 triliun.

Dana tersebut akan membantu BUMI melunasi utang PKPU sebesar 1,56 milliar dolar AS dan menghemat beban bunga hingga 130 juta dolar AS per tahun. Di samping itu, masuknya Grup Salim dengan kepemilikan efektif 37 persen, NPR dapat meningkatkan GCG serta kinerjanya ke depan.

Kinerja BUMI juga akan didongkrak kenaikan harga batu bara yang mungkin tetap tinggi untuk sementara waktu. World Meteorological Organization (WMO) memperkirakan cuaca ekstrem mungkin bertahan hingga awal 2023. Ini tentunya akan mempengaruhi produksi batu bara. 

"Selain itu, tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina dan peningkatan permintaan batu bara di musim dingin dapat membantu mendorong harga batu bara naik lebih tinggi lagi," tambah Jonathan. 

Namun, menurut Jonathan, terdapat beberapa risiko yang tidak boleh diabaikan, seperti potensi perlambatan ekonomi global, peningkatan produksi batu bara di China dan India, dan kembalinya pasokan batu bara Rusia ke pasar menyusul pelonggaran sanksi Eropa pada September 2022.

Mengingat tingginya curah hujan di beberapa tambang BUMI, Jonathan memutuskan untuk merevisi perkiraan volume produksi di tahun ini hingga 2024 dan dapat menyebabkan penurunan sebesar 7 persen pada top line BUMI selama periode tersebut.

Namun demikian, Jonathan juga menaikkan perkiraan untuk laba setelah pajak dan kepentingan non-pengendali BUMI di 2023 sebesar 13,4 persen dan pada tahun 2024 diperkirakan tumbuh 18,1 persen berkat penurunan utang hingga 1,56 miliar dolar AS di tahun ini hingga 2024.

Jonathan pun merekomendasikan BELI saham BUMI dengan target harga (TP) Rp215. "TP menyiratkan PE 2023F sebesar 8.8x dan EV/Reserve sebesar USD 2,51/ton di FY22F, lebih rendah dari pesaing terdekat BUMI," Terang Jonathan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement