REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah 19 poin atau 0,26 persen ke posisi 7.158,18. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,28 poin atau 0,32 persen ke posisi 1.016,52.
"Kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas pada rentang 7.050 – 7.217. Persepsi dan perspektif akan memainkan peranan penting pada pergerakan pasar hari ini," ungkap Pilarmas Investindo Sekuritas berdasarkan rilis, Senin (5/9/2022).
Pilarmas Investindo menyebut IHSG hari ini amat tergantung dari persepsi dan perspektif, termasuk diantaranya kenaikan BBM. Berdasarkan analis Pilar setiap kenaikkan BBM sebanyak 10 persen, diperkirakan akan mendorong kenaikkan inflasi sebesar 0.32 persen. Oleh sebab itu, seperti bahan bakar Pertalite yang naik hingga Rp 10.000, kenaikkan tersebut berkisar 30.72 persen.
"Yang berarti berpotensi akan mendorong kenaikkan inflasi hingga 0.96 persen atau hampir menyentuh 1 persen."
Pilarmas juga menyebut kenaikkan BBM sudah terjadi sebanyak 5 kali sejak 2005 hingga hari ini. Dengan kenaikkan BBM sebanyak lima kali IHSG mengalami kenaikkan sebanyak dua dan koreksi sebanyak tiga. Kalau di hitung rata rata, maka IHSG mengalami koreksi sebesar -1.72 persen sebagai bagian dari dampak kenaikkan BBM. "Oleh sebab itu inflasi yang bergerak naik ini, kemungkinan besar akan diikuti juga dengan kenaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia untuk mengatasi inflasi," ungkap analisis tersebut.
Akan tetapi pada saat yang sama, supply shock di era pemulihan ekonomi mempengaruhi sejumlah komoditas, tak terkecuali timah. Defisit pasokan yang terjadi sebelumnya membawa harga acuan komoditas timah sempat meroket ke level tertingginya di level 48.650 dolar As per ton.
Permintaan timah memang mengalami kenaikan didorong oleh kebutuhan barang elektronik yang meningkat. Fungsinya yang dijadikan bahan solder pada berbagai peralatan elektronik membuatnya dibutuhkan, apalagi kondisinya permintaan elektronik pada masa pandemi mengalami kenaikan dengan pergeseran aktivitas dari rumah.
Big player timah di dalam negeri yaitu PT Timah Tbk. dengan kode efek TINS yang merupakan perusahaan milik negara dan bagian dari INALUM. Model bisnis TINS ini cukup baik karena terintegrasi dari hulu ke hilir dari penambangan timah baik di darat maupun laut.
Bisnis TINS juga terdiversifikasi di mana tak hanya timah, namun ada batu bara di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, serta Nikel di Sulawesi Tenggara.
Oleh karena itu Pilarmas memprediksi saham TINS berpotensi naik hari ini. Begitu juga dengan saham BUMI yang ditopang kinerja semester I-2022 mengalami kenaikan yang cukup baik. pendapatannya meningkat hingga +130% di mana didukung oleh harga acuan batu bara yang melambung mengikuti permintaan dunia yang cukup tinggi.