Jumat 14 Oct 2022 19:04 WIB

OJK: Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 179,66 Triliun

Dana tersebut dihimpun dari 48 emiten baru.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja berjalan dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pekerja berjalan dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 179,66 triliun dari 48 emiten baru. Saat ini terdapat sekitar belasan perusahaan lainnya yang berencana melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan para emiten berupaya meningkatkan kegiatan emisi penghimpunan dana melalui pasar modal. Hal ini seiring dengan mulai pulihnya aktivitas ekonomi nasional.

Baca Juga

“Kami mencatatkan aktivitas penghimpunan dana di pasar masih cukup tinggi sebesar Rp 179,66 triliun dari 108 emisi, 42 penawaran umum perdana, 22 penawaran umum terbatas, 16 penawaran umum efek bersifat utang dan atau sukuk, 88 penawaran umum berkelanjutan efek bersifat utang tahap 1 dan tahap 2,” ujarnya saat konferensi pers, Jumat (14/10/2022).

Menurutnya pertumbuhan jumlah emiten diikuti oleh pertumbuhan jumlah investor ritel yang meningkat sembilan kali lipat dibandingkan lima tahun terakhir. Adapun jumlah investor pasar modal sebanyak 9,85 juta single investor identification.

“Pertumbuhan investor tertinggi oleh investor reksa dana dan mayoritas masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun sebesar 59,08 persen,” ucapnya.

Tercatat total penghimpunan dana secara nasional melalui securities crowdfunding telah berhasil dimanfaatkan oleh 278 pelaku UMKM dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 580,83 miliar dari 122.199 investor melalui 11 platform penyelenggara securities crowdfunding.

Kemudian kinerja reksa dana masih mengalami sedikit penurunan. Per 11 Oktober 2022, total nilai aktiva bersih reksa dana menurun sebesar 8,06 persen dari Rp 573,54 triliun menjadi Rp 531,80 triliun.

Selanjutnya total asset under management juga mengalami penurunan sebesar 1,27 persen dari sebelumnya sebesar Rp 847,37 triliun menjadi Rp 836,57 triliun.

Dari sisi nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp9.200 triliun per 10 Oktober 2022 atau meningkat 11,38 persen sejak 1 Januari 2022. Laju indeks harga saham gabungan (IHSG) 6,994 poin atau meningkat 6,27 persen (ytd) pada periode yang sama.

"Pasar modal Indonesia telah menunjukkan kinerja positif yang luar biasa belakangan ini. Hal ini merupakan pertanda baik bagi sektor ekonomi Indonesia, karena menunjukkan literasi keuangan telah dikembangkan sejak dini," tuturnya.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Inarno meyakini saat ini pasar modal Indonesia masih dianggap sebagai pasar yang sangat besar dan sangat menarik bagi investor domestik maupun asing.

Inarno menganggap gejolak perekonomian global yang meningkat dan tingginya volatilitas pasar keuangan global berpotensi berdampak pada pasar keuangan domestik. Meski begitu, kinerja pasar modal Indonesia menorehkan pertumbuhan yang positif dengan volatilitas yang relatif terjaga jika dibandingkan dengan negara lain.

"Dalam kaitannya dengan kinerja perekonomian suatu negara, pasar modal merupakan bagian integral yang harus diperhitungkan sebagai salah satu indikator untuk mengukur ketahanan dan kekuatan perekonomian secara keseluruhan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement