REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk masih mempertimbangkan untuk melepas unit usaha syariah ke bank syariah. Hal ini dikarenakan sejumlah hal termasuk liabilitas perbankan.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan perseroan memiliki banyak pilihan untuk melepas unit usaha syariah ke bank syariah yang sudah ada lainnya.
"Pilihannya banyak, mendirikan bank baru atau menyerahkan aset ke bank syariah yang sudah ada. Tentu kami opsi terbaik apabila penyerahan bank syariah yang sudah ada, tentu hasil penjualannya diperhitungkan liabilitas, itu hampir match. Kalau ada lebih, ini akan jadi kas perusahaan kembali dan diekspansi di kredit," ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (15/9/2022)
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2008, bank yang memiliki unit usaha syariah (UUS) harus memisahkan diri dari induk perusahaan atau spin off. Adapun implementasi ketentuan ini akan berlaku pada Juli 2023.
"Sesuai dengan UU, bank syariah pada 2023 pertengahan, maka UUS harus dipisah dengan bank konvensional induk. Jadi BTN melakukan upaya untuk memenuhi UU tersebut," ucapnya.
Meski demikian, saat ini Haru masih enggan menyebut bank syariah mana yang akan mengambil alih UUS BTN. Pada semester I 2022, laba bersih UUS BTN atau BTN Syariah sebesar Rp 190,9 miliar atau naik 118,06 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 87,54 miliar.
Adapun capaian positif BTN Syariah didukung pertumbuhan bisnis yang stabil. Pada semester I 2022, pembiayaan syariah tumbuh 8,86 persen menjadi Rp 29,24 triliun dibandingkan akhir semester I 2021 sebesar Rp 26,86 triliun.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun BTN Syariah sebesar Rp 30,49 triliun atau tumbuh 13,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 26,89 triliun. Adanya capaian tersebut, aset BTN Syariah tumbuh 13,78 persen menjadi Rp 40,35 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 35,46 triliun.
Secara umum, BTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,471 triliun pada semester I 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 59,87 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 920 miliar.
Menurutnya kenaikan laba bersih perseroan, ditopang oleh keberhasilan BTN menjalankan inisiatif strategis pada semester I 2022 antara lain peningkatan penyaluran kredit, biaya dana (cost of fund) yang berhasil ditekan. Hal ini seiring dengan peningkatan penghimpunan dana murah dan perbaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan yang menurun pada semester I 2022.
“Pencapaian kinerja semester I 2022 merupakan buah dari transformasi yang dilaksanakan seluruh jajaran BTN dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan. Kami optimis hingga akhir tahun ini, kinerja BTN akan semakin baik dengan berbagai strategi bisnis yang dijalankan,” ucapnya.