REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suhasil Nazara menyampaikan kapitalisasi pasar saham dan obligasi korporasi Indonesia tercatat di bawah peers atau negara-negara setara lainnya.
"Kapitalisasi pasar saham domestik tercatat hanya 45,15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020, padahal ada negara-negara yang bisa sampai 100 persen PDB," ujar Suahasil dalam Rapat Kerja dengan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (Baleg DPR) RI yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (18/8/2022).
Ia mencontohkan negara lain yang dimaksud adalah Thailand yakni 102,8 persen PDB dan Malaysia sebesar 121,57 persen PDB. Selanjutnya Filipina juga tercatat lebih tinggi dari Indonesia, yakni 88,39 persen PDB dan India 97,04 persen.
Sementara dari pasar obligasi korporasi Indonesia, tercatat rasionya hanya 2,8 persen dari PDB pada tahun 2020, Angka tersebut relatif kecil dibanding Malaysia, Filipina, India, dan Thailand.
Selain itu, Suahasil menyebutkan produk derivatif seperti interest rate swap dan cross currency swap untuk lindung nilai (hedging) pinjaman jangka panjang di Indonesia masih terbatas.
"Kita lihat hedging yang ada di Indonesia relatif terbatas, hanya marak di valuta asing (valas) sementara yang lain-lain itu tidak terbentuk," katanya.
Ia menuturkan total transaksi derivatif sekuritas Indonesia pada tahun 2019 hanya sebesar 559,29 miliar dolar AS, yang meliputi komoditas senilai 9,39 miliar dolar AS, valas 544,81 miliar dolar AS, suku bunga 5,07 miliar dolar AS, dan ekuitas 4 miliar dolar AS.
Maka dari itu, pendalaman pasar keuangan Indonesia termasuk melalui produk turunannya (derivatif) perlu ditingkatkan agar kemudian mendorong fungsi sektor keuangan sebagai Intermediasi.