Rabu 13 Jul 2022 16:16 WIB

Mentan: Indonesia Sedang Dibutuhkan Dunia Sebagai Pemasok Pangan

Krisis ekonomi yang terjadi pascapandemi berdampak pada krisis pangan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
PT Charoen Phokpand Indonesia, Tbk merealisasikan ekspor ayam karkas beku perdana ke Singapura. Ekspor perdana tersebut dilepas langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dari Jakarta, Rabu (13/7/2022).
Foto: Republika/Dedy Darmawan Nasution
PT Charoen Phokpand Indonesia, Tbk merealisasikan ekspor ayam karkas beku perdana ke Singapura. Ekspor perdana tersebut dilepas langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dari Jakarta, Rabu (13/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menuturkan banyak negara di dunia saat ini sangat membutuhkan Indonesia sebagai produsen pangan global. Situasi krisis ekonomi yang terjadi pascapandemi berdampak pada krisis pangan dan lonjakan inflasi yang dialami hampir seluruh negara.

"Indonesia lagi dibutuhkan dunia, karena sudah dua tahun semua dalam kondisi krisis global," kata Syahrul dalam acara pelepasan ekspor ayam perdana ke Singapura di Jakarta, Rabu (13/7/2022).

Baca Juga

Ia menuturkan, kondisi ekonomi dunia tengah memburuk ditambah dengan adanya krisis perubahan iklim yang melanda. Negara-negara empat musim yang menjadi produsen pangan mengalami gangguan produktivitas dan mengerek kenaikan harga.

Belum lagi, perang Rusia-Ukraina menambah deretan penyebab krisis ekonomi dunia karena berdampak pada kenaikan harga energi yang bertalian erat dengan harga pangan. "Beruntung di Indonesia, inflasi termasuk salah satu yang terendah karena bantalan ekonomi dari sektor pertanian yang cukup eksis," kata Syahrul.

Hingga Juni 2022, inflasi Indonesia sudah mencapai 4,35 persen year on year (yoy). Laju inflasi itu sudah melewati dari proyeksi pemerintah sebesar 3 plus minus 1 persen.

Berdasarkan komponen, harga pangan bergejolak atau volatile foods merupakan yang tertinggi sebesar 10,07 persen yoy. Komoditas utama yang memberikan andil besar terhadap inflasi pangan adalah harga cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah.

Selain itu, adanya kebijakan restriksi sejumlah negara di dunia yang melarang atau menghambat ekspor pangannya untuk memproteksi kebutuhan dalam negeri juga berpengaruh pada inflasi. Situasi tersebut, pun bisa berpengaruh pada perkmebangan harga domestik.

Namun, Syahrul mengklaim, harga-harga pangan secara umum dalam kondisi stabil. Namun, Kementan tetap fokus pada peningkatan produktivitas agar jika produksi melimpah, stabilisasi harga dapat dijaga.

Selebihnya, jika terdapat surplus, Syahrul mengatakan pemerintah sangat mendorong adanya ekspor. "Kelebihan-kelebihan yang ada kita tidak boleh biarkan karena itu akan mempengaruhi harga, oleh karena itu kita alihkan ke ekspor. Ini sangat penting," ujarnya.

Langkah pengalihan ekspor itu sejauh ini baru terjadi pada komoditas ayam ras di mana ekspor perdana ke Singapura telah dijajaki oleh tiga perusahaan unggas terintegrasi. Penjajakan ekspor ke Singapura setelah Malaysia, yang merupakan pemasok ayam Singapura membatasi volume ekspor ayam hidupnya.

Pada Rabu (13/7/2022), PT Charoen Phokpand Indonesia-Food Division telah melepas pengiriman pertama ayam karkas beku sebanyak 50 ton pada Rabu dari total kontrak 1.000 ton tahun ini. Nilai ekspor ditaksir sebanyak Rp 40 miliar.

Selain itu, masih terdapat dua perusahaan lagi, yakni PT Charoen Phokpand Indonesia dan PT Ciomas Adisatwa-Plant Pemalang yang juga bakal mengekspor ayam potong dan ayam beku.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Nasrullah menuturkan, pengiriman ayam dari dua perusahaan itu masih menunggu jadwal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement