REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (8/7/2022). ARKO menjadi perusahaan ke-25 yang mencatatkan sahamnya di BEI. Pada perdagangan perdana, saham ARKO dibuka turun tipis 0,67 persen ke posisi Rp 298 per saham.
Dalam initial public offering (IPO), ARKO meraup dana segar dari pasar modal sebanyak Rp 182,67 miliar melalui penerbitan 608.895.000 saham baru. Saham ARKO pun mengalami oversubscribe sebanyak 10,89 kali.
Melihat tingginya minat investor, Perseroan kembali menerbitkan saham baru yang berasal dari portepel sebanyak 28.995.000 saham. Sehingga saham yang diterbitkan menjadi 608.895.000 saham.
Direktur Utama ARKO, Aldo Artoko mengatakan, perseroan telah menetapkan harga IPO pada Rp 300 per saham. Jumlah saham perseroan yang ditawarkan itu mewakili 20,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor ARKO setelah IPO saham.
Aldo mengatakan dana hasil IPO akan digunakan untuk investasi dan pelunasan jangka pendek. Sekitar 63 persen dari dana IPO digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan.
"Dana akan dimaksimalkan guna pengembangan proyek-proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari," kata Aldo, Jumat (8/7/2022).
Sisanya sekitar 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek. Sedangkan dana yang diperoleh dari kelebihan pemesanan penjatahan terpusat akan digunakan untuk modal kerja.
Aldo meyakini, bisnis EBT memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya dan angin. Kehadiran hydro sudah kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Saat ini, menurut Aldo, pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10 persen.
ARKO telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya 1,65 juta dolar AS per MW. Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO.
Tidak cuma itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa. Pengerjaan proyek Tomasa menelan biaya investasi 1,75 juta dolar AS per MW. Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan.