REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rencana kepindahan ibu kota negara mendorong wilayah DKI Jakarta dan kota sekitarnya terus berbenah diri. DKI Jakarta menjadi pusat ekonomi dan bisnis pascaperpindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan. Wilayah Barat dan timur DKI Jakarta akan menopang aspek ekonomi, wilayah selatan DKI Jakarta diproyeksikan bakal menjadi pusat pertumbuhan residensial.
Ketua Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Apindo Sanny Iskandar dalam Bisnis Indonesia Forum Group Discussion terkait pengembangan kawasan perumahan dan DKI Jakarta, Selasa (21/6/2022) dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, pengembangan wilayah penyangga DKI Jakarta juga akan sesuai karakteristik wilayahnya masing-masing.
“Di Barat Jakarta, seperti Serpong Tangerang sudah lebih dulu menjadi pusat residensial, dan mulai berkembang menjadi wilayah perdagangan. Sementara di Timur Jakarta wilayah Kota Bekasi juga bahkan saat ini sudah padat, lebih jauh lagi ke Cikarang sudah menjadi kawasan industri. Nah di Selatan cocok untuk pengembangan residensial, pariwisata,” jelas Sanny.
Jika dibandingkan dua wilayah penyangga tersebut, Sammy menambahkan Bogor memang memiliki keunggulan misalnya dari topografi wilayahnya yang berada di pegunungan, dan memberikan kesejukan yang menjadi nilai tambah buat kawasan-kawasan hunian yang dibangun di sana.
Keunggulan-keunggulan ini yang menurut Sanny bakal mendorong pergeseran pertumbuhan properti residensial mengarah ke Bogor. Apalagi sejumlah pengembang-pengembang besar saat ini juga mulai membidik Bogor sebagai target ekspansinya, terutama di segmen hunian menengah atas.
Merujuk data rumah.com Indonesia Property Market Index kuartal IV-2021, pencarian rumah di Bogor tumbuh paling pesat dibandingkan wilayah-wilayah lain di Jabodetabek mencapai 21,84 persen. Menariknya pencarian rumah tertinggi berada pada segmen rumah menengah atas dengan kisaran harga Rp 1,5 hingga 4 milliar.
Pengamat Properti Ali Tranghanda dalam kesempatan serupa menjelaskan, sejatinya wilayah Bogor memang saat ini tengah mengalami fase sunrise pada sektor properti residensial. Karena wilayah Bogor memiliki potensi besar untuk tumbuh, namun relatif terlambat jika dibandingkan wilayah penyangga lainnya. “Kalau dilihat, pengembangan Jakarta terlebih dahulu berkembang ke arah barat, di Tangerang, Banten, kemudian ke timur, Bekasi. Nah yang ke mengarah ke selatan ini sebenarnya cukup menantang karena wilayah ini punya potensi tapi mengapa belum berkembang jika dibandingkan wilayah lain?” jelas Ali.
Salah satu alasan utamanya adalah minimnya penetrasi pasokan hunian di wilayah Bogor jika dibandingkan Tangerang dan Bekasi. Ali menjelaskan baru dalam beberapa tahun belakangan misalnya saat Summarecon Group, atau Sentul Group, dan beberapa pengembang besar lainnya mulai membangun kawasan flagship di Bogor, pertumbuhan mulai bergerak.
Namun menurut Ali pengembangan yang dilakukan dua pengembang besar tersebut relatif cukup jauh dari Jakarta, sehingga belum memiliki kontribusi yang besar terhadap pengembangan wilayah. Sebab konektivitas dengan Jakarta tetap menjadi faktor penting pengembangan wilayah penyangga. Ali bilang pertemuan antara utara Bogor dan selatan Jakarta menjadi wilayah yang tepat untuk memicu pertumbuhan di selatan Jakarta.
“Ada gap antara Jakarta dengan Bogor, pengembang-pengembang yang ada saat ini seperti Sentul, kemudian Summarecon Bogor itu menurut saya masih cukup jauh dari Jakarta. Nah di sana masih ada kekosongan di wilayah seperti Cimanggis yang potensinya sangat besar sekali untuk dikembangkan,” sambungnya.
Di Cimanggis baru ada kawasan Podomoro Golf View yang dikembangkan Agung Podomoro yang diharapkan bisa menjadi kawasan hunian yang juga berperan sebagai katalis pertumbuhan terhadap wilayah selatan Jakarta atau Bogor.