Jumat 10 Jun 2022 17:15 WIB

Tak Hanya Cabai, Perubahan Iklim Ganggu Produksi Bawang Merah Nasional

Produksi bawang merah nasional turun 80 persen permintaan naik 60 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang melayani pembeli bawang merah di pasar tradisional Kota Lhokseumawe, Aceh. Cuaca ekstrem yang silih berganti beberapa waktu terakhir turut berdampak pada penurunan produksi bawang merah nasional. Dampak berupa kenaikan harga signifikan hingga ke tangan konsumen tidak terbendung. Di sisi lain, permintaan bawang merah tengah mengalami lonjakan karena aktivitas pemulihan ekonomi.
Foto: ANTARA/Rahmad
Pedagang melayani pembeli bawang merah di pasar tradisional Kota Lhokseumawe, Aceh. Cuaca ekstrem yang silih berganti beberapa waktu terakhir turut berdampak pada penurunan produksi bawang merah nasional. Dampak berupa kenaikan harga signifikan hingga ke tangan konsumen tidak terbendung. Di sisi lain, permintaan bawang merah tengah mengalami lonjakan karena aktivitas pemulihan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca ekstrem yang silih berganti beberapa waktu terakhir turut berdampak pada penurunan produksi bawang merah nasional. Dampak berupa kenaikan harga signifikan hingga ke tangan konsumen tidak terbendung. Di sisi lain, permintaan bawang merah tengah mengalami lonjakan karena aktivitas pemulihan ekonomi.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Ikhwan Arif, menuturkan, kondisi cuaca yang dirasakan pada pertengahan tahun ini jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Ada penurunan produksi di bulan April-Mei, sedangkan permintaan masyarakat sedang meningkat hampir 60 persen. Jadi ini mengagetkan," kata Ikhwan kepada Republika.co.id, Jumat (10/6/2022).

Ia pun menuturkan terdapat fenomena alam yang tak biasa terjadi di sentra bawang merah wilayah pantai Utara Jawa. Pada periode seperti sekarang, biasanya terdapat siklus kecepatan angin dari arah barat yang cukup tinggi. Tahun ini, siklus itu tidak terjadi.  

"Dan, kalau orang laut (nelayan) bilang, itu menandakan akan terjadi banjir rob dan ikan akan melimpah. Itu kejadian, sentra bawang kebanjiran harga mahal, tapi harga ikan sekarang murah. Itu berdasarkan kejadian," kata Ikhwan.

Tercatat, harga bawang merah dari tingkat petani sudah naik lebih dari Rp 30 ribu per kilogram (kg) lebih rendah dari harga biasa di bawah Rp 20 ribu per kg. Kenaikan harga mau tak mau harus terjadi agar petani bisa mempertahankan usahanya di tengah kegagalan produksi.

Terlepas dari fenomena alam yang terjadi, Ikhwan mengatakan, area pertanaman bawang merah terus mengalami kenaikan. Khusus sentra di Brebes, Jawa Tengah telah dilakukan penanaman seluas 15 ribu hektare. Di harapkan luasan tanam itu akan optimal dengan produktivitas normal sekitar 8 ton bahkan 10 ton per hektare.

Sebagai informasi, rata-rata produksi tahunan bawang merah nasional bisa mencapai 1,2 juta ton sementara total permintaan setahun masih sekitar 800 ribu ton. Dengan kata lain, Indonesia saat ini sudah dalam posisi swasembada bawang merah.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Kementan, Tommy Nugraha menuturkan, kendala yang dihadapi oleh komoditas bawang merah sama halnya seperti yang terjadi pada cabai.

Komoditas pangan hortikultura sangat sensitif terhadap curah hujan yang tinggi karena secara langsung berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil panen petani.

Pihaknya tidak bisa menjelaskan, seberapa besar potensi penurunan produksi bulan ini sekaligus kemungkinan produksi yang dihasilkan. Meski demikian, ia menuturkan, Kementan terus melakukan pendampingan bagi para petani bawang merah di wilayah-wilayah sentra.

"Kita memberikan bantuan dengan gerakan pengendalian hama penyakit untuk mempercepat proses tanam untuk mengganti tanaman yang rusak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement