Selasa 19 Apr 2022 21:33 WIB

BI Turunkan Perkiraan Defisit Transaksi Berjalan pada 2022 Jadi 0,5-1,3 Persen PDB

Cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2022 mencapai 139,1 miliar dolar AS.

Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menurunkan perkiraan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada 2022 dari 1,1 persen sampai 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 0,5 persen hingga 1,3 persen PDB."Defisit CAD yang lebih rendah disebabkan oleh tingginya harga komoditas global yang akan menopang peningkatan nilai ekspor untuk tahun 2022," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan April 2022 Cakupan Triwulanan di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Pada periode yang sama, neraca transaksi modal dan finansial diprediksikan tetap surplus, terutama dalam bentuk penanaman modal asing, sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang tetap terjaga. Ia menyebutkan aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio yang sempat tertahan pada kuartal I-2022 dengan net outflows sebesar 1,8 miliar dolar AS, kembali tercatat net inflows pada awal kuartal II-2022 hingga 14 April sebesar 800 juta dolar AS.

Baca Juga

Di sisi lain, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2022 tercatat sebesar 139,1 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau tujuh bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Secara keseluruhan, Perry menyampaikan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diproyeksikan akan tetap surplus pada 2022 sehingga menopang ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.Sementara itu, pada triwulan I-2022, CAD diperkirakan tetap rendah, berkat dukungan surplus neraca perdagangan sebesar 9,3 miliar dolar AS.

"Perkembangan ini didukung oleh tingginya surplus neraca perdagangan nonmigas, terutama sejalan dengan tingginya nilai ekspor karena harga komoditas global, seperti batu bara, besi dan baja, serta biji logam, di tengah meningkatnya defisit neraca perdagangan migas," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement