REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi naiknya imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan akan turut mengerek minat investor untuk mengoleksi obligasi korporasi. Kenaikan yield SUN biasanya juga akan diikuti oleh naiknya imbal hasil obligasi korporasi.
Ekonom/Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Muliadi Widjaja mengatakan kenaikan yield SUN merupakan sinyal positif bagi investor untuk membeli obligasi korporasi tersebut. "Ada kemungkinan minat investor meningkat," kata Muliadi, Selasa (19/4/2022).
Di sisi lain, kenaikan yield ini menjadi sinyal negatif korporasi penerbit obligasi. Dengan naiknya imbal hasil, perusahaan penerbit obligasi harus membayar bunga yang lebih besar. Ini juga berpotensi meningkatkan risiko gagal bayar.
Sebagai informasi, imbal hasil SUN Indonesia bergerak pada kisaran 6,5 persen-6,8 persen pada Februari-Maret. Yield SUN Indonesia sempat mencapai posisi tertingginya di level 6,89 persen pada 8 Maret 2022.
Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito memperkirakan tren penerbitan surat utang akan meningkat tahun ini khususnya dari perusahaan multifinance. Hal ini sejalan dengan pemulihan ekonomi yang juga membantu perkembangan perusahaan multifinance.
Seiring pemulihan ekonomi, menurut Dito, penyaluran kredit multifinance juga akan meningkat sehingga dari sisi pembiayaan juga akan membutuhkan pendanaan. Dito melihat, permintaan terhadap kredit multifinance juga sudah mengalami peningkatan.
Di sisi lain, menurut Dito, pendanaan dari pasar modal ataupun perbankan juga sudah tersedia. "Ke depannya sejalan dengan tren tersebut, tren penerbitan obligasi multifinance juga akan meningkat," kata Dito.