REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini pemerintah sedang giat untuk melakukan pengembangan logam tanah jarang atau rare earth. Data dari Kementerian ESDM, Logam tanah jarang berada di 7 lokasi di Indonesia.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaludin menjelaskan saat ini memang eksplorasi logam tanah jarang masih terbatas. Namun, dari data yang ada sebaran potensi logam tanah jarang ada di 7 lokasi.
"Kita berusaha untuk mengembangkan lagi di tahun ini. Potensinya bisa nambah di 8 lokasi lagi. Ini kami lakukan eksplorasi awal," ujar Ridwan dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Senin (11/4/2022).
Ridwan merinci, di wilayah Sumatera Utara mempunyai potensi cadangan logam tanah jarang sebanyak 19.917 ton. Sedangkan di Bangka Belitung sebanyak 186.663 ton. Sedangkan di Kalimantan Barat sebesar 219 ton dan Sulawesi Tengah sebesar 443 ton.
Saat ini, PT Timah Tbk juga sedang mengembangkan eksplorasi logam tanah jarang ini. Direktur Utama Timah Achmad Ardianto menjelaskan Timah sedang melakukan validasi cadangan dari logam tanah jarang yang ada di wilayah Bangka Belitung.
"Kita masih melakukan validasi dan kajian soal cadangan, dan apakah cadangan ini bisa dikomersialisasikan pada industri," ujar Achmad di Komisi VII DPR RI, Senin (11/4/2022).
Achmad menjelaskan potensi mineral tanah jarang yang ada di Bangka Belitung cukup besar, oleh karena itu pihaknya tetap mengejar untuk meningkatkan produksi. Kata Achmad, PT Timah berhasil melakukan cracking dari monasit dan saat ini jumlahnya mencapai 300 ton. Ditargetkan, pada tahun 2022 PT Timah bisa memproduksi 1.000 ton per tahun dengan catatan melalui teknologi yang mumpuni.
"Isu utamanya bahwa ketersediaan teknologi yang proven, karena BUMN sudah ada aturannya bahwa boleh investasi di teknologi yang sudah provent 1.000 ton per tahun. Kita sudah ini dengan Kanada," ungkap Achmad.