Senin 14 Mar 2022 16:53 WIB

Hasil Investasi Meningkat, Saratoga Bukukan NAB Rp 56,3 Triliun

Mayoritas harga saham portofolio Saratoga naik tinggi di tahun lalu.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Saratoga. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan pertumbuhan Nilai Aset Bersih (NAB) sebesar Rp 56,3 triliun pada 2021.
Foto: saratoga-investama.com
Logo Saratoga. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan pertumbuhan Nilai Aset Bersih (NAB) sebesar Rp 56,3 triliun pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan pertumbuhan Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value sepanjang 2021 yaitu sebesar Rp 56,3 triliun, terutama didukung oleh peningkatan nilai pasar portofolio yang belum direalisasikan. Nilai tersebut meningkat 78 persen dibandingkan NAB Saratoga di tahun 2020 senilai Rp 31,7 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael William P Soeryadjaya mengatakan, kemampuan perusahaan portofolio investasi Saratoga dalam mengoptimalkan peluang selama fase pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 pada 2021 menjadi kunci kinerja cemerlang Perseroan. Didukung fundamental yang kokoh dan sektor bisnis yang strategis, mayoritas harga saham portofolio Saratoga mengalami kenaikan yang tinggi di tahun lalu.

Baca Juga

"Salah satu sumber pertumbuhan NAV Saratoga pada tahun lalu adalah lonjakan harga saham di hampir semua portofolio investasi kami terutama PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)," kata Michael melalui keterangan resmi, Senin (14/3/2022).

Michael menjelaskan, kenaikan harga saham itu sejalan dengan kinerja keuangan yang juga semakin solid. Hal ini terbukti dari kontribusi perusahaan perusahaan tersebut terhadap pendapatan dividen Saratoga yang mencapai Rp 1,65 triliun selama tahun 2021, tumbuh 120 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 750 miliar.

Saratoga mengapresiasi langkah strategis dan taktis yang telah dilakukan sehingga mereka berhasil mengoptimalkan momentum pertumbuhan ekonomi yang terus membaik sejak tahun lalu. "Ke depan, Saratoga akan terus terlibat aktif dalam proses pertumbuhan dan penguatan fundamental bisnis di setiap perusahaan investasi," ungkap Michael.

Berdasarkan laporan keuangan 2021, laba bersih SRTG tercatat tumbuh signifikan sebesar 182,03 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 24,88 triliun. Sedangkan pada 2020, laba bersih perseroan tercatat hanya mencapai Rp 8,82 triliun. 

Sesuai dengan komitmen SRTG dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, Perseroan juga terus mencari dan mengoptimalkan peluang melalui investasi baru. Selama tahun 2021, sejumlah langkah penting telah dilakukan Perseroan dengan melakukan investasi baru di tiga perusahaan startup, yaitu Xurya Daya Indonesia (Xurya), SIRCLO dan Fuse, juga investasi di perusahaan media digital dan periklanan yakni City Vision. 

Selain itu, SRTG juga menambah kepemilikan sahamnya hingga akhir Desember 2021 dibandingkan Desember 2020, di PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) dari 52,21 persen menjadi 56,69 persen dan PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) dari 8,39 persen menjadi 9,31 persen.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, investasi baru yang dilakukan baik di perusahaan startup maupun media digital merupakan strategi Perseroan untuk terlibat aktif dalam mengoptimalkan peluang di industri digital dan infrastruktur yang terus bertumbuh. SRTG juga secara proaktif ikut membantu investasi baru tersebut dalam mengembangkan strategi dan mengeksekusi rencana bisnisnya secara terukur dan optimal.

Selama tahun 2021 total investasi Saratoga mencapai sekitar Rp 1,32 triliun. Perseroan optimistis strategi investasi ini akan mampu menjaga kinerja Perseroan dapat terus tumbuh positif dan menjaga kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.

Devin juga menyampaikan, di tengah situasi ekonomi yang sangat dinamis di tahun 2021, perseroan berhasil menjaga efisiensi operasional dan kemampuan neraca yang kuat. Rasio biaya operasional terhadap NABsebesar 0,3 persen, sementara rasio pinjaman sekitar 5,8 persen. 

"Kami terus berusaha untuk menjaga ruang efisiensi biaya operasional dan biaya pinjaman," imbuh Devin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement