Selasa 08 Mar 2022 10:14 WIB

Rusia Ancam Hentikan Pasokan Gas ke Eropa

Rusia memiliki pilihan lain untuk menjual minyaknya jika AS dan UE melarang impor.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream.
Foto: Reuters
Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia mengancam akan memotong pasokan gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 sebagai bagian dari tanggapannya terhadap sanksi yang dijatuhkan atas invasi Ukraina. Sikap Rusia diprediksi akan meningkatkan gejolak di pasar energi dan mendorong harga konsumen menjadi lebih tinggi.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak yang juga bertanggung jawab atas urusan energi mengatakan Rusia memiliki hak untuk mengambil tindakan dalam menjawab sanksi ekonomi yang diberikan kepada negaranya."Belum ada keputusan untuk mematikan Nord Stream 1 dan pipa saat ini masih beroperasi pada kapasitas penuhnya," ujar Novak dilansir dari Bloomberg pada Selasa (8/3/2022).

Baca Juga

Novak mengatakan Rusia memiliki pilihan lain untuk menjual minyaknya jika AS dan Uni Eropa melarang impor Rusia. Novak juga memperingatkan keputusan Rusia dalam menutup pipa gas utama Rusia-Jerman dapat memiliki konsekuensi bencana besar bagi pasar dunia dengan harga melonjak hingga 300 dolar AS per barel atau lebih.

Ketergantungan Eropa pada pasokan energi dari Rusia telah menjadi faktor kunci dalam upaya para pemimpin Eropa untuk menyepakati bagaimana menanggapi invasi ke Ukraina.

Bulan lalu, Jerman telah menangguhkan proyek pipa Nord Stream 2 senilai 11 miliar dolar AS dan pejabat Uni Eropa (UE) mengatakan mereka sedang mengerjakan rencana yang dapat memotong kebutuhan impor blok itu dari Rusia hampir 80 persen tahun ini.

Namun, banyak politisi UE tetap waspada terhadap tindakan Rusia, salah satu alasan mengapa Jerman menolak proposal larangan impor minyak. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan minyak dan gas Rusia sangat penting bagi ekonomi Eropa. 

"Sekitar 40 persen impor gas dan seperempat minyak UE berasal dari Rusia," kata Olaf.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement