Regulator China telah meminta perusahaan milik negara untuk memulai pemeriksaan baru untuk mengetahui investasi dan hubungan dengan Ant Group miliarder Jack Ma.
Bank-bank milik negara dan perusahaan-perusahaan non-bank diminta oleh pihak berwenang untuk melakukan pemeriksaan. Permintaan yang datang minggu lalu itu masih belum jelas apakah diberi tenggat waktu atau tidak. Tindakan lanjutan pun masih belum terungkap.
Melansir Reuters di Jakarta, Rabu (23/2/22) Ant yang merupakan afiliasi dari Alibaba Group, telah mengalami restrukturisasi besar-besaran oleh China usai penawaran umum perdana (IPO)-nya sebesar USD37 miliar (Rp531 triliun) digagalkan oleh regulator pada akhir 2020.
Baca Juga: Tak Hanya Kerajaan Jack Ma, Regulator China Bikin Raksasa Teknologi Lain Tak Bisa Berkutik!
Sejak pembatalan IPO, Ant yang dikendalikan Alibaba dan Jack Ma telah memulai rencana restrukturisasi karena didorong oleh peraturan yang akan membuatnya menjadi perusahaan induk keuangan.
Langkah regulasi terbaru ini telah mengekang dan melakukan tindakan keras regulasi terhadap sektor teknologi selama setahun. Disebutkan bahwa hal itu untuk menjaga risiko keuangan tetap terkendali.
Langkah ini juga menambah kekhawatiran investor bahwa Beijing dapat melanjutkan tindakan kerasnya tahun ini. Alhasil, aksi jual di sektor teknologi pun tak terhindarkan. Saham Alibaba turun sebanyak 5,3% ke level terendah sejak 28 Januari.
Padahal, saham Alibaba yang juga terdaftar di New York telah menguat akhir tahun lalu dengan investor bertaruh pada pemerintah pusat yang melonggarkan pengawasannya atas kerajaan bisnis Ma.
Dalam langkah terbaru, otoritas pengatur telah meminta perusahaan milik negara untuk menyerahkan rincian investasi dalam ekuitas, dan eksposur ke sekuritas beragun aset, dan pinjaman sehubungan dengan Ant.
Bulan lalu, China Cinda Asset Management Co Ltd, salah satu dari empat perusahaan manajemen aset milik negara (AMC) terbesar di China mengumumkan pembatalan investasi Ant yang direncanakan.
Cinda membatalkan kesepakatan untuk membeli 20% saham senilai sekitar USD944 juta (Rp13,5 triliun) di bagian keuangan konsumen Ant Group karena tekanan dari otoritas negara.