REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Saham Saudi Telecom Co., (STC) jatuh ke level terendah dalam 11 bulan setelah Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi menjualnya dengan harga diskon. Saham STC ditutup turun 2,7 persen setelah sebelumnya juga terpangkas 6,2 persen.
Pihak kerajaan menjual saham STC dikisaran harga terendah meskipun mengakami kelebihan permintaan. Pelepasan saham dilakukan melalui penawaran di pasar sekunder. Penawaran saham jelang akhir tahun ini dinilai kurang tepat oleh sejumlah analis.
"Waktu penjualan saham di pasar sekunder kurang optimal karena likuiditas sudah mengering jelang akhir tahun," kata direktur eksekutif divisi penelitian ekuitas Arqaam Capital di Dubai, Ziad Itani, dilansir Bloomberg, Senin (13/12).
Meski demikian, Itani tidak melihat penurunan saham STC sebagai indikasi lemahnya minat perusahaan untuk IPO di bursa saham pada tahun-tahun mendatang. Menurutnya, penurunan saham STC hanya terjadi secara teknis.
Negara-negara di Timur Tengah ramai-ramai menjual saham di perusahaan swasta dan meningkatkan likuiditas di pasar saham. Beberapa diantaranya seperti Arab saudi, Abu Dhabi dan Dubai telah memulai langkahnya di garis depan.
CEO Saudi Tadawul Group Holding Co., Khalid al Hussan, mengatakan pipeline atau daftar perusahaan yang sudah menyampaikan dokumen persyaratan IPO dan sedang diproses oleh bursa Arab Saudi jauh lebih dalam dari sebelumnya.
Tadawul memperkirakan pelemahan saham STC hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Koreksi yang terjadi justru peluang bagi investor untuk membeli sahamnya di harga diskon.
STC merupakan salah satu pilihan utama di sektor teknologi, media, dan telekomunikasi. STC adalah operator telepon seluler paling menguntungkan di Timur Tengah.