REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menekankan pentingnya budaya gotong-royong dalam menghadapi tantangan global, termasuk dalam membenahi industri logistik domestik. Erick menilai program pembangunan tol laut dan upaya menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia memerlukan kolaborasi lintas kementerian, pemerintah daerah, lembaga swasta, dan komponen masyarakat.
Hal ini yang mendasari penggabungan empat perusahaan pelabuhan pelat merah menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. "Sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia, BUMN siap memikul amanah tersebut demi mencapai cita-cita Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan menjaga konektivitas dari Sabang sampai Merauke seiring dengan kompleksitas tinggi yang sedang dihadapi dunia saat ini menuju 2022," ujar Erick dalam acara bertajuk "Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi" pada Selasa (23/11).
Erick menyampaikan sejumlah permasalahan pada sektor pelabuhan masih meliputi waktu bongkar muat yang lama akibat kondisi pelabuhan di daerah yang kurang baik dan jadwal keberangkatan sangat dipengaruhi oleh konsolidasi muatan.
Menurut Erick, persoalan di pelabuhan hanya salah satu dari faktor yang membuat biaya logistik Indonesia mencapai 23 persen dari PDB atau lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang delapan persen atau India dan Malaysia yang hanya 13 persen.
Lima isu utama yang menyebabkan tingginya biaya logistik Indonesia, ucap Erick, meliputi regulasi yang tidak kondusif, efisiensi value chain darat yang rendah, efisiensi value chain maritim yang rendah, operasi dan infrastruktur pelabuhan tidak optimal, serta supply dan demand tidak seimbang.
"Merger Pelindo akan mengakselerasi pengembangan industri pelabuhan untuk efisiensi biaya logistik nasional," ucap Erick.
Erick menilai penggabungan Pelindo akan memberikan manfaat berupa pengembangan jaringan pelayanan terintegrasi, peningkatan kapasitas pelabuhan dan percepatan standarisasi operasional, serta peningkatan akses dan kedalaman kolam pelabuhan.
Erick juga mendukung pengembangan infrastruktur logistik di Jawa Tengah seperti Pelabuhan Tegal, Pelabuhan Tanjung Intan, Terminal petikemas Semarang, dan Pelabuhan Tanjung Emas. Selain itu, ucap Erick, Pelindo juga sedang melakukan pengembangan Pelabuhan Tanjung Mas 2000 hingga 2004 dan pengembangan Terminal Kalibaru Barat Ultimate hingga 2037. Erick menilai pelabuhan-pelabuhan tersebut memegang peranan penting untuk perekonomian di Jawa Tengah.
"Tentu hal ini semua menjadi bagian dalam membangun ekonomi Indonesia sekaligus memastikan keseimbangan pembangunan antara wilayah Barat dan Timur Indonesia," kata Erick.