Kamis 18 Nov 2021 16:12 WIB

Pengembangan Biorefinery Kunci Menuju Transisi Energi

Biorefinery sedang dikembangkan di unit Kilang Plaju dan Kilang Cilacap.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Kilang Pertamina Plaju. ilustrasi
Foto: Pertamina
Kilang Pertamina Plaju. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) tengah mengembangkan biorefinery di Unit Kilang Plaju dan Kilang Cilacap. Pengembangan biorefinery ini sebagai salah satu strategi dalam mengakselerasi target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional tahun 2025. 

Biorefinery merupakan proyek energi bersih Pertamina dimana pengolahan kilang menggunakan bahan baku berupa renewable feedstock seperti RBDPO (minyak kelapa sawit) hingga UCO (minyak jelantah) guna menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, menuturkan, KPI Unit Plaju dan Cilacap memiliki peran strategis mendukung roadmap pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) Indonesia yang tertuang di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). “Kilang-kilang Pertamina sudah mulai memproduksi green fuels atau inovasi bahan bakar hijau, sebuah aspek penting dalam transisi energi mengingat kita menargetkan 23 persen EBT dalam bauran energi tahun 2025,” ujarnya, Kamis (18/11).

Lebih lanjut Dadan mengatakan, PT KPI Unit Cilacap telah mengembangkan dan menghasilkan BioAvtur dari pengolahan RBDPO atau minyak kelapa sawit. "PT KPI Unit Plaju juga nantinya diproyeksikan menghasilkan BioAvtur melalui pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas 20 ribu barel per hari,” ungkap Dadan.

Sementara itu Djoko Priyono Direktur Utama PT KPI, menuturkan dalam pengembangan Biorefinery, ada tiga strategi utama yang diimplementasikan oleh PT KPI. “Strategi pertama adalah pemanfaatan renewable feedstock, atau bahan baku terbarukan. Contoh renewable feedstock yang mengalami proses pengolahan di kilang Pertamina antara lain RBDPO atau minyak kelapa sawit dan UCO atau minyak jelantah. Kilang Pertamina menghasilkan biofuels dari pengolahan bahan baku tersebut,” papar Djoko.

Strategi kedua adalah uji coba produk dari renewable feedstock tersebut. Contoh uji coba yang telah berhasil dilakukan adalah produksi HVO atau diesel nabati di PT KPI Unit Cilacap dan Dumai. 

“Pertamina berinovasi dalam uji coba bahan bakar baru dan terbarukan pada teknologi co- processing, yakni penggabungan sumber bahan bakar alami turunan CPO dengan bahan bakar fosil yang diproses di dalam kilang. Hasilnya berupa bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,” ungkap Djoko.

Strategi selanjutnya adalah ekspansi. Guna meningkatkan produksi diesel nabati di Cilacap, dilakukan revamping terhadap unit proses yang bernama Treated Distillate Hydro Treating (TDHT).

Pembangunan biorefinery untuk menghasilkan green diesel atau green avtur di PT KPI Unit Plaju dengan kapasitas 20 MBSD juga terus dimatangkan dengan target dapat beroperasi secara kontinyu mulai tahun 2024. Proyek yang sama juga dibangun di PT KPI Unit Cilacap dengan kapasitas bertahap dari 3 MBSD untuk tahun 2022 dan 6 MBSD untuk tahun 2023.

Upaya pengembangan Biorefinery Pertamina sudah dirintis dengan beragam produk biofuels yang dihasilkan melalui unit-unit kilangnya. Produk biofuels tersebut antara lain Green Gasoline di PT KPI Unit Plaju dan Cilacap, Green Diesel di PT KPI Unit Dumai, serta Green Avtur J2 dan 100 persen Green Diesel di PT KPI Unit Cilacap.

Inovasi energi bersih Pertamina di PT KPI Unit Cilacap memegang peranan penting sejarah industri aviasi nasional melalui produksi ‘Bioavtur J2-4’, BBN yang mendukung moda transportasi udara. Pengembangan Bioavtur J2.4 yang dikelola oleh PT KPI melalui unit Dumai dan Cilacap mencerminkan komitmen perusahaan dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 ‘Energi Bersih dan Terjangkau’. 

“Hal tersebut karena Bioavtur J2-4 produksi PT KPI Unit Cilacap berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon,” tutur Djoko.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement