Senin 15 Nov 2021 14:57 WIB

Mendag Minta Industri Bantu Buffer Stock Minyak Goreng

Produsen akan menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng demi meredam kenaikan harga

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nidia Zuraya
Penjual minyak goreng di pasar tradisional. ilustrasi
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Penjual minyak goreng di pasar tradisional. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhamamad Lutfi mengimbau pelaku industri untuk ikut serta bersama pemerintah mengendalikan kenaikan harga minyak goreng. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, dengan memberikan buffer stock atau stok penyangga sehingga kenaikan komoditas tersebut tidak terlalu memberatkan masyarakat.

"Kita tidak bisa mendiamkan semuanya bisa bekerja sama. Jadi kita imbau kepada industri untuk memberikan buffer stock supaya kenaikannya tidak memberatkan masyarakat," ujar Muhamamad Lutfi usai Mempimpin Rakornas Barang Kebutuhan Pokok jelang Natal dan Tahun Baru 2022 di Kota Bandung, Senin (15/11).

Baca Juga

Muhammad Lutfi mengatakan, stok minyak goreng saat ini aman. Yakni, mencapai 624 ribu liter dan jumlah tersebut bisa untuk kebutuhan selama 1,5 bulan. Ia menjelaskan, kenaikan harga minyak goreng beberapa waktu lalu dipicu kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional.

"Permasalahannya bahwa feed stocknya, asalnya dari CPO nya kalau dulu berbasiskan 500 sampai 700 Dolar AS. Hari ini sudah sampai di angka 1.250 Dolar AS. Jadi kalau di kita harganya tinggi di luar negeri bisa jauh lebih tinggi lagi," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pelaku industri minyak goreng untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng. Yakni, pelaku industri akan menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng demi meredam kenaikan harga tersebut.

"Jadi 11 juta liter sudah digelontorkan dalam masa pengirima. Mudah-mudahan dalam minggu ini sudah bisa sampai pengiriman," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement