Jumat 12 Nov 2021 04:47 WIB

Ekonomi Digital Asia Tenggara Kian 'Seksi'

Indonesia masih menjadi jangkar kawasan sebagai kontributor terbesar ekonomi digital.

Ekonomi digital. Ilustrasi
Foto:

Booming unicorn 

Data Deal Street Asia menyebutkan sepanjang tahun ini saja sampai awal Oktober lalu sudah ada 15 unicorn berdukungan modal ventura yang baru. Nilainya 17,2 miliar dolar AS atau dua kali lipat dari 8,5 miliar dolar AS yang disuntikkan selama setahun penuh tahun lalu.

Padahal sampai 2020 lalu baru ada 19 unicorn berbasis modal ventura, termasuk Lazada yang berbasis di Singapura yang pertama menyandang predikat unicorn pada 2013. Tetapi tahun ini booming unicorn sedang melanda Asia Tenggara yang total sudah memiliki 27 unicorn.

Bertambah banyaknya unicorn mengartikan investor membeli saham baru perusahaan-perusahaan rintisan itu dengan harga lebih tinggi sehingga tidak heran, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan paling menarik bagi investasi startup. Hal itu tak saja didorong oleh terus berkembangnya kelas menengah yang menjadi penghela utama penetrasi ponsel dan internet, tetapi juga oleh kian besarnya tuntutan digitalisasi penjualan, pembelian, pendanaan dan usaha kecil-menengah atau UKM di Asia Tenggara.

Bertambah banyaknya unicorn ini menunjukkan valuasi perusahaan secara umum kian meningkat dan bakal terus membesar, apalagi ketersediaan modal untuk ekspansi startup di Asia Tenggara nyaris mendekati tak ada habisnya. Salah satu faktornya adalah tindakan keras China terhadap teknologi-teknologi besar yang membuat investor global berpikir dua kali berinvestasi dalam perusahaan China karena risiko-risiko usaha yang bisa muncul dari tindakan pemerintah China tersebut sehingga modal dialihkan yang salah satunya ke Asia Tenggara.

Faktor lain yang menguntungkan Asia Tenggara adalah perseteruan politik dan dagang antara China dan India yang membuat modal ventura China mengalihkan perhatian kepada startup Asia Tenggara. Asia Tenggara relatif stabil dan memiliki demografi muda yang erat kaitannya dengan keterbukaan kepada inovasi. 

Dan ini menjadi ekosistem ekonomi digital yang menjanjikan dan menarik bagi siapa pun, tidak saja China, tetapi juga bagian dunia lainnya. Oleh karena itu tak ada waktu yang lebih tepat dari sekarang untuk berinvestasi dalam ekosistem digital Asia Tenggara.

Memang belum semapan China atau Amerika Serikat, tetapi ekosistem yang baru lahir seperti Asia Tenggara selalu menawarkan peluang berlimpah, apalagi ekonomi digital Asia Tenggara memang semakin menarik yang di antaranya terlihat dari upaya kian kencang pemain-pemain digital menjadikan dirinya pemain global yang terlihat dari kian intensifnya merger dan upaya menggandeng pemain-pemain digital global yang sudah sangat meraksasa.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement