REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan ekonomi Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan. Namun, pemulihan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan masih perlu dukungan sektor keuangan yang solid.
Menurut Destry, kondisi sektor keuangan Indonesia saat ini solid terlihat dari kinerja industri perbankan. "Dari industri perbankan bisa terlihat bahwa sektor keuangan kita memiliki daya tahan yang cukup tinggi," kata Destry dalam sebuah seminar virtual, Rabu (10/11).
Destry memaparkan, rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan dalam kondisi solid di posisi 24,38 persen. Selain itu, rasio kredit bermasalah terjaga di level 1,08 persen net pada Agustus 2021 atau gross sebesar 3,35 persen pada Agustus 2021.
Sementara itu rasio likuiditas perbankan juga longgar dengan rasio mencapai 33,53 persen. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) terus mengalami pertumbuhan sebesar 7,7 persen pada September 2021. Di sisi lain, pertumbuhan kredit juga sudah mencapai posisi positif.
Pada september 2021 kredit perbankan tumbuh 2,21 persen. Ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang merata dengan kredit konsumsi tumbuh 2,95 persen dan kredit modal kerja tumbuh 2,85 persen. Bahkan kredit investasi juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,37 persen.
Destry optimistis, kredit perbankan akan terus meningkat ke depannya. "Kami perkirakan di akhir 2021, kredit perbankan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan berkisar 4-6 persen," kata Destry.
Pertumbuhan positif juga terlihat dari industri pasar modal. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara year-to-date (ytd) sudah naik ke posisi 6.632 atau meningkat 10,9 persen.
Pasar obligasi juga terus mengalami penurunan imbal hasil (yield) dimana yield SBN tenor 10 tahun saat inu berada di level 6,04 persen. Sedangkan penghimpunan dana melalui obligasi korporasi telah mencapai Rp65,2 triliun per 1 Oktober.
Di industri perbankan, loan appetite bank terus mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari pencairan kredit baru yang sudah lebih besar daripada pelunasan kreditnya. Kemudian index lending requirement juga terus mengalami penurunan.
"Kalau kita lihat plafond kredit terus tumbuh dari bukan ke bulan. Ini menunjukkan appetite perbankan untuk pembiayaan terus meningkat," terang Destry.
Ke depan, menurut Destry, pemulihan ekonomi tidak bisa menggantungkan hanya pada satu pihak saja. Oleh karena itu penangananya pun memerlukan kebijakan yang sifatnya sinergitas antara pemerintah dengan lembaga lainnya.