REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mencanangkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan modern. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengarahkan pembangunan pertanian yang modern dengan pemanfaatan teknologi digital yang pada masa kini terus berkembang pesat.
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki program demi terwujudnya pembangunan hortikultura yang berdaya saing, seperti program kampung hortikultura yang mencakup kampung buah, sayur dan tanaman obat; program penumbuhan UMKM dan modernisasi hortikultura melalui pengembangan smart farming, mekanisasi, dan digitalisasi hortikultura.
“Selama ini banyak pelaku usaha yang mengeluh kepada saya, bahwa mereka mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya karena volumenya yang tidak menentu. Ini menyulitkan pelaku usaha, yang mana dalam mengumpulkan produk tersebut harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Dampaknya, daya saing kita jadi cukup rendah. Oleh karena itu, kita desain kampung-kampung hortikultura ini,” terang Prihasto.
Lebih lanjut, dalam penumbuhan UMKM Hortikultura, jika pasar sudah cukup untuk menampung hasil, maka produk akan diolah untuk ditingkatkan nilai tambahnya. Proses pengolahan akan difasilitasi dan pemasarannya akan dibantu, baik di dalam maupun luar negeri.
Untuk memantau keberlanjutan fasilitas dan bantuan ini, dibutuhkan modernisasi sistem informasi, seperti SIMevi(Sistem Monitoring dan Evaluasi Agroindustri Hortikultura Indonesia) yang dirancang oleh Sekretaris Jenderal Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari.
“SIMevi ini sangat diperlukan karena dari sekian banyaknya bantuan dari Direktorat Jenderal Hortikultuta yang diberikan kepada masyarakat pada 3-5 tahun yang lalu ini sulit terdeteksi di mana barangnya dan sudah tidak bisa terevaluasi,” ujar Prihasto.
Selain SiMevi, terdapat sistem informasi lain yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Hortikultura, yaitu SRIKANDI atau Sistem Informasi dan Registrasi Kampung Sayuran dan The Hopers dev. Dengan adanya SRIKANDI ini, diharapkan ke depannya ada pemantauan data petani, berisi nama desa, kecamatan, kabupaten, nama kelompok tani, ketua kelompok tani, anggota kelompok tani berdasarkan nama, serta tempat tinggal.
Sementara itu, The Hopers_dev merupakan sistem informasi pemantauan dampak perubahan iklim. The Hopers akan menginformasikan iklim yang terjadi dan bagaimana mengantisipasi dampak yang ada akibat perubahan tersebut.
Retno menyampaikan bahwa pada komoditas pertanian yang harus dikawal oleh hortikultura yaitu ada 569 komoditas. Sampai saat ini, melalui kerjasama Ditjen Hortikultura dengan Badan Pusat Statistik, sudah dapat fokus satu data untuk 87 komoditas.
“Kampung hortikultura menerapkan konsep one village one variety berbasis kebutuhan pasar yang berskala ekonomi dengan pengembangan korporasi petani dan sinergi lintas stakeholders yang harmonis untuk menghasikan produk yang berdaya saing,” jelas Retno.