REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong kebangkitan perekonomian pesantren melalui peran santri. Ini karena, persepsi masyarakat tentang pesantren kini telah berubah.
Wapres menjelaskan, jika masyarakat terdahulu menilai pesantren hanya sebagai pusat pendidikan keagamaan atau belajar kitab saja, kini pesantren sudah bertranformasi menjadi lebih berdaya.
"Kini pesantren tidak hanya mendalami agama tapi pesantren juga mampu menggerakkan perekonomian di lingkungan pesantren sendiri dan perekonomian masyarakat di sekitarnya," ujar Wapres di acara Webinar Internasional "Santri Membangun Negeri: dari Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi", Rabu (20/10).
Wapres mengatakan, transformasi peran pesantren ini juga telah dikukuhkan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 yang menegaskan tiga fungsi utama pesantren. Pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama atau sebagai pusat penyiapan ahli agama, kedua sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia dan ketiga sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan masyarakat .
"Melihat ketiga fungsi utama tersebut, maka kebangkitan perekonomian pesantren harus dimulai dari para santri," ujar Wapres.
Wapres mengatakan, program Santripreneur dan Petani Muda yang diluncurkan pada Desember 2018 juga mendorong terbentuknya wirausaha-wirausaha baru di pondok pesantren. Termasuk regenerasi petani, dan mengembangkan potensi lahan nonproduktif di pesantren.
Wapres mencontohkan, salah satu program santripreneur yang berkembang adalah program santripreneur berbasis UMKM Kelapa Sawit yang telah diluncurkan sejak Oktober tahun 2020.
Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan berupa Kredit Usaha Rakyat Syariah (KUR Syariah) dan membentuk Bank Wakaf Mikro (BWM) untuk meningkatkan akses permodalan usaha di lingkungan pesantren.
"Pemerintah juga telah membangun lebih dari 1.000 Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mengembangkan keterampilan para santri," ujarnya.
Wapres melanjutkan, beberapa Pondok Pesantren juga telah melakukan pengembangan usaha di bidang keuangan, pertanian, perikanan, dan pariwisata. Di bidang keuangan, pesantren telah mendirikan Baitul Mal wa Tamwil (BMT), di bidang pertanian berupa penanaman berbagai komoditi sayur mayur dan buah-buahan.
Untuk itu, ia mendorong pesantren harus mampu memastikan kualitas produknya sesuai dengan selera pasar sehingga memiliki nilai jual yang kompetitif. Ia juga mendukung peran pihak terkait untuk membantu usaha pesantren agar lebih berkembang.
"Dalam kaitan inilah para pengusaha, termasuk pengusaha Nahdliyin, yang telah berkembang dan memiliki jaringan luas kiranya dapat membantu dan memanfaatkan potensi yang dikembangkan di pesantren," ujarnya.