REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AirAsia Group secara resmi mengubah nama entitas holding untuk bisnis maskapai menjadi AirAsia Aviation Limited. Hal tersebut dilakukan seiring dengan momentum transformasi AirAsia menjadi grup layanan perjalanan dan gaya hidup digital.
Dengan perubahan tersebut, jabatan Bo Lingam yang sebelumnya adalah President (Airlines) for AirAsia Group berubah menjadi Group CEO of AirAsia Aviation Limited. Entitas tersebut membawahi empat maskapai di dalam grup yaitu AirAsia Malaysia, AirAsia Filipina, AirAsia Thailand, dan AirAsia Indonesia.
"Perubahan struktural ini membantu memfasilitasi proyeksi pertumbuhan yang kuat di bisnis portofolio maskapai dan non maskapai," kata CEO AirAsia Aviation Limited, Bo Lingam dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (15/10)
AirAsia Group Berhad (AAGB) merupakan entitas holding investasi untuk delapan portofolio perusahaan berbasis digital yang memanfaatkan data dan teknologi untuk memberikan nilai terbaik dengan biaya terendah. Portofolio komprehensif AAGB meliputi AirAsia Aviation, airasia Super App, usaha kargo dan logistik Teleport, layanan keuangan BigPay, layanan edukasi AirAsia Academy, perusahaan enjiniring Asia Digital Engineering, divisi layanan darat GTR, dan grup jaringan restoran dan makanan Santan.
Bo Lingam mengatakan, entitas AirAsia Aviation Limited memegang investasi bisnis maskapai yang ada saat ini dan menjadi pembuka jalan bagi pembentukan usaha maskapai baru pada waktunya nanti. "Kami juga telah mendirikan divisi konsultasi baru AirAsia Consulting yang bertugas meninjau peluang kemitraan maskapai dan waralaba baru," jelas Bo Lingam.
Dengan entitas holding maskapai tersebut, Bo Lingam memastikan akan lebih fokus untuk terus menjadi maskapai berbiaya hemat (LCC) terbaik dunia. Dia menuturkan, sudah menghabiskan 18 bulan terakhir untuk meninjau setiap aspek operasi demi memastikan dapat kembali lebih kuat dari sebelumnya.
Dia mengatakan, dunia mulai membuka diri dan kami memperkirakan kurva pemulihan perjalanan udara akan bergerak tajam ke atas dan akan terjadi dalam waktu dekat. Di Malaysia, kata dia, sudah ada permintaan yang besar untuk perjalanan udara sejak pengumuman pemerintah Malaysia baru-baru ini tentang dimulainya kembali perjalanan antarnegara pada 11 Oktober 2021.
"Kami mengoperasikan lebih dari 60 penerbangan setiap hari ke 16 tujuan rekreasi utama dan akan menambah lebih banyak frekuensi dan rute sebagai tanggapan atas tingginya permintaan pelanggan," tutur Bo Lingam.
Dia mengaku sangat menantikan momen percepatan pemulihan berikutnya yang ditandai dengan pembukaan perbatasan internasional. Untuk itu Bo Lingam memastikan akan terus meninjau potensi pasar lainnya di Asean untuk beroperasi seperti Kamboja dengan terus menawarkan tarif nilai dan gaya hidup terbaik.