Kamis 14 Oct 2021 14:31 WIB

Penggabungan Pelindo Perkuat Industri Kepelabuhanan Nasional

Merger Pelindo bisa mewujudkan industri kepelabuhan nasional yang lebih kuat

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri BUMN Erick Thohir mendampingi Presiden Joko Widodo meresmikan penggabungan atau merger Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di Terminal Multipurpose Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (14/10).
Foto: Sekretariat Presiden
Menteri BUMN Erick Thohir mendampingi Presiden Joko Widodo meresmikan penggabungan atau merger Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di Terminal Multipurpose Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Arif Suhartono mengatakan penggabungan Pelindo I hingga Pelindo IV sudah direncanakan cukup lama, bahkan sejak 20 tahun lalu. Arif bersyukur akhirnya penggabungan Pelindo dapat benar-benar terealisasi.

"Pada 1 Oktober 2021 yang bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, pergabungan Pelindo I, II, III, IV, akhirnya dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang direncanakan," ujar Arif dalam acara peresmian penggabungan Pelindo dan Terminal Multipurpose Wae Kelambu Pelabuhan Labuan Bajo pada Kamis (14/10).

Baca Juga

Arif menilai realisasi penggabungan Pelindo tak lepas dari dukungan pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan Kementrian Perhubungan, Kementerian terkait lainnya dan juga komisi V dan Komisi VI DPR yang membantu Pelindo dalam keseluruhan prosesnya.

"Bapak presiden yang kami hormati, pengelolaan pelayanan kepelabuhanan selama ini dilakukan secara terpisah, sedangkan kapabilitas dari masing-masing Pelindo tidaklah sama, baik dari sisi keuangan, sumber daya manusia, dan experience," ucap Arif.

Kata Arif, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan performasi atas layanan yang diberikan yang pada akhirnya berdampak kepada ketidakefisienan terhadap sistem logistik nasional.

Arif berharap penggabungan BUMN layanan kepelabuhanan dapat mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat melalui konektivitas maritim di seluruh Indonesia sehingga dapat membantu menurunkan biaya logistik nasional secara bertahap serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang ke pelabuhan yang di tingkat global.

"Penggabungan menjadi satu Pelindo juga memudahkan koordinasi dalam pengembangan kawasan industri dan ekonomi khusus di sekitar pelabuhan di daerah-daerah sehingga mendorong peningkatan konektivitas yang akan berdampak pada meningkatnya kegiatan perekonomian daerah," ungkap Arif.

Arif optimistis penggabungan Pelindo juga membuka kesempatan perusahaan untuk go global. Hal ini, lanjut Arif, akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal petikemas terbesar kedelapan di dunia dengan total throughput peti kemas pada 2019 sebesar 16,7 juta Teus.

"Penggabungan ini juga menyatukan sumber daya keuangan, peningkatan leverage, dan memperkuat permodalan perusahaan," lanjut Arif.

Arif menyebut kemajuan industri kepelabuhanan dan logistik bukan hanya karena penggabungan Pelindo semata, melainkan perlu juga dukungan kerja keras dan sinergi antarpemangku kepentingan pelabuhan seperti instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

"Untuk itu kami mohon dukungan agar Pelindo mewujudkan visi untuk menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia. Pada kesempatan yang baik ini, kami mohon kesediaan Presiden Republik Indonesia Bapak Insinyur Joko Widodo untuk berkenan meresmikan penggabungan ke pelabuhan menjadi satu yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Persero)," kata Arif menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement