REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan saat ini penyaluran kredit hijau perbankan sebesar Rp 809,7 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan otoritas berupaya mendorong implementasi keuangan berkelanjutan, yakni keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
“Maka itu untuk menopang aksi ini, berbagai pihak juga telah memberikan dukungan, salah satunya lewat green financing,” ujarnya saat webinar seperti dikutip Jumat (1/10).
Menurutnya tren penyaluran kredit sektor hijau semakin meningkat. Tak hanya dari sisi penyaluran kredit, Heru menyebut green financing di Indonesia juga berasal dari penerbitan bond.
“OJK mencatat saat ini terdapat dua bank yaitu BRI dan Bank Mandiri yang telah menerbitkan global sustainability bond senilai Rp 12,25 triliun,” ucapnya.
Kemudian, Bank OCBC NISP bekerja sama dengan IFC World Bank juga telah menerbitkan Green and Gender Bond senilai Rp 59,9 triliun, sehingga apabila dijumlahkan, green financing di Indonesia sebesar Rp 881,9 triliun.
“Kita mengharapkan pada tahun-tahun berikutnya akan membesar. Ini menunjukkan partisipasi perbankan kita di dalam pembiayaan hijau," ucapnya.
Selain dari sektor perbankan, menurutnya, dukungan terhadap green financing juga datang dari sektor pasar modal. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini terdapat indeks SRI-KEHATI yaitu indeks yang terdiri dari 25 saham perusahaan publik yang tercatat di BEI. Termasuk juga emiten perbankan seperti BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri, BTN, dan OCBC NISP.
Indeks SRI-KEHATI ini telah digunakan oleh 11 manajer investasi untuk menerbitkan reksadana ESG dengan total dana kelolaan sebesar Rp 2,5 triliun pada April 2021.