REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) menyetujui penambahan modal dasar perseroan menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 1,5 triliun. Agenda tersebut disetujui para pemegang saham untuk mempercepat pertumbuhan Bank Neo Commerce di kuartal terakhir tahun ini.
Dengan disetujuinya peningkatan modal dasar perseroan ini, maka terjadi perubahan modal dasar dari semula sebanyak 15 miliar lembar saham senilai Rp 1,5 triliun menjadi sebanyak 30 miliar lembar saham senilai Rp 3 triliun dengan nominal Rp 100 per lembar saham.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, mengatakan tujuan perubahan modal dasar perseroan sejalan dengan rencana penambahan modal disetor perseroan guna memenuhi POJK tentang pemenuhan modal minimum bank.
Penambahan modal juga digunakan untuk mengembangkan ekspansi usaha bank demi menunjang akselerasi perseroan sebagai bank digital ke depan. Sejak melakukan soft launching pada Maret 2021, pertumbuhan jumlah nasabah BNC sangat tinggi yang kini mencapai lebih dari tujuh juta nasabah.
"Kepercayaan ini merupakan tanggung jawab besar bagi kami dan karenanya kami sangat serius dalam merencanakan kesiapan bisnis dan juga ekspansi usaha perusahaan seiring dengan upaya kami menjadi bank digital terdepan bagi masyarakat," ujar Tjandra, Selasa (21/9).
Selain peningkatan jumlah nasabah, ketertarikan publik terhadap kepemilikan saham BBYB juga terus meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya harga saham BBYB yang kini senilai Rp 1.520 per lembar.
Tjandra juga menyatakan Bank Neo Commerce optimistis dalam memenuhi syarat OJK tentang kepemilikan modal inti bank digital senilai Rp 2 triliun di akhir tahun 2021 dan 3 triliun di akhir tahun 2022. "Kami berupaya untuk dapat memenuhi persyaratan modal inti lebih cepat dari yang disyaratkan OJK," imbuhnya.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, per 31 Juni 2021 modal inti Bank Neo Commerce senilai Rp 1,18 triliun. Kondisi tersebut mengindikasikan perlunya tambahan modal sejumlah Rp 920 miliar agar perusahaan dapat memenuhi syarat OJK minimal modal inti Rp 2 triliun pada 2021.
"Akhir tahun 2021 ini, BNC menargetkan untuk memiliki modal inti hingga Rp 3 triliun yang mana akan melebihi target minimal yang disyaratkan OJK, yaitu Rp 2 triliun," kata Tjandra.
Selain agenda untuk membahas perubahan modal dasar Bank Neo Commerce, perseroan mengagendakan untuk mengesahkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali Bank Neo Commerce, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pengambilalihan yang diatur dalam POJK No.41/POJK.03/2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi dan Konversi Bank Umum.
Namun, pengesahan ini harus tertunda karena rapat belum mencapai kuorum. Kuorum yang dibutuhkan untuk mengesahkan status pengendali ini adalah 75 persen, sedangkan dalam rapat yang kemarin berlangsung dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 73,47 persen.
Perseroan pun memutuskan untuk menunda dan akan mengadakan RUPSLB lanjutan pada awal Oktober 2021. "RUPSLB yang diadakan kemarin belum kuorum, sehingga pengesahan PT Akulaku Silvrr Indonesia harus ditunda sampai RUPSLB lanjutan yang akan diadakan pada awal Oktober," kata Tjandra.
Sebelumnya, per 26 Juli 2021 perseroan telah mendapatkan izin dari OJK dengan nomor SR-16/PB.1/2021 perihal Rencana Pengambilalihan Saham PT Bank Neo Commerce Tbk. oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia.