REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Cendekiawan muslim TGB H. M. Zainul Majdi, yang akrab dipanggil TGB, menyerukan penguatan literasi keuangan Syariah untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi. Pasalnya, industri keuangan Syariah merupakan instrumen strategis yang menopang perekonomian nasional bertahan dari krisis.
“Dua dari empat tujuan kemerdekaan Republik Indonesia adalah untuk melindungi tumpah darah dan mensejahterakan bangsa yang salah satunya dilihat dari aspek ekonomi. Bank Syariah terbukti menjadi instrumen penting untuk menyejahterakan di masa krisis karena mengusung ekonomi berkeadilan, kesetaraan dan universalitas,” kata TGB di Mataram, NTB.
Gubernur Nusa Tenggara Barat periode 2008—2013 dan 2013—2018 itu melanjutkan bahwa, saat ini masih banyak mispersepsi di tengah masyarakat terhadap perbankan syariah. Karena itu, dibutuhkan upaya kuat mendekatkan perbankan syariah kepada masyarakat melalui berbagai program literasi.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Mei 2021 menyebutkan, aset perbankan Syariah mencapai Rp 613,30 triliun atau tumbuh 15,54 persen secara tahunan. Pembiayaan bank syariah juga tumbuh 7,32 persen secara tahunan menjadi Rp401,33 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 17,52 persen menjadi Rp 492,49 triliun. Perbankan Syariah juga mendukung upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) misalnya, mendapatkan dana PEN senilai Rp 3 triliun dengan target penyaluran pembiayaan Rp 4,5 triliun atau leverage 1,5 kali.
“Seiring dengan komitmen yang kuat dari negara untuk memberi peluang yang lebih luas bagi pengembangan keuangan Syariah, maka saya yakin tujuan Indonesia berdiri, yaitu untuk untuk melindungi dan menghadirkan ekonomi berkeadilan dapat terwujud sehingga ke depan, Indonesia dapat tumbuh ke arah yang jauh lebih baik,” ungkap TGB.
Sementara itu, Ketua Komite Pemuda Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Arief Rosyid Hasan mengemukakan, generasi muda juga perlu aktif berperan dalam literasi ekonomi dan keuangan syariah sebagai energi baru bagi Indonesia.
“Sistem ini hadir bukan untuk menggantikan sistem keuangan ekonomi nasional, tetapi untuk melengkapinya agar ekonomi Indonesia dapat melesat. Jadi, komitmen pemerintah dalam mendorong sistem ekonomi dan keuangan syariah yang sangat luar biasa perlu didukung oleh generasi muda sebagai penerus cita-cita pendiri bangsa,” ujar Arief.