REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 920 miliar pada kuartal dua 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 19,87 persen dari Rp 768 miliar pada periode sama tahun lalu.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan perseroan berupaya melakukan transformasi dan inovasi agar bisnis tetap melaju positif meski berada di tengah kondisi pandemi. “Upaya peningkatan bisnis yang kami lakukan juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat Indonesia yang semakin mendesak masa pandemi ini. Kami berupaya terus mencatatkan pertumbuhan positif yang berkelanjutan, sehingga BTN dapat terus menyediakan rumah bagi rakyat,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (28/7).
Pada kuartal dua 2021, BTN juga menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar 31,84 persen yoy menjadi Rp 298,38 triliun dari Rp 226,32 triliun periode yang sama tahun lalu. Adapun peningkatan DPK disumbang oleh kenaikan seluruh segmen yakni tabungan, giro, dan deposito masing-masing sebesar 17,70 persen yoy, 15,06 persen yoy, dan 43,53 persen yoy.
BTN mencatatkan penurunan beban bunga dengan menekan biaya dana (cost of fund/CoF) hingga 171 basis poin (bps). Adapun peningkatan DPK juga menyebabkan loan to deposit Ratio (LDR) menurun sebesar 2.216 bps hingga ke level 89,12 persen pada kuartal dua 2021.
Per kuartal dua 2021, BTN mencatatkan peningkatan pendapatan bunga sebesar 1,39 persen yoy. Beban bunga juga berhasil ditekan turun sebesar 13,63 persen yoy, sehingga pendapatan bunga bersih melonjak 28,18 persen yoy.
“Perbaikan proses bisnis yang dilakukan BTN juga turut menopang perolehan laba bersih perseroan. BTN telah menggelar beragam strategi mulai dari efisiensi, digitalisasi, perampingan outlet, hingga meningkatkan fee based income melalui transaksi non-kredit,” ucapnya.