REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelumnya para peneliti masih kesulitan menemukan kisah asal usul SARS-CoV-2, virus corona yang bertanggung jawab atas hampir 3,9 juta kematian di seluruh dunia. Hal ini sebagian besar karena kurangnya akses ke informasi dari China tempat kasus pertama kali muncul.
Sekarang, seorang peneliti di Seattle telah menggali file yang dihapus dari Google Cloud yang mengungkapkan 13 sekuens genetik parsial untuk beberapa kasus awal COVID-19 di Wuhan, dilansir di Live Science, Kamis (24/6).
Sekuens (urutan DNA) tidak menunjukkan skala menuju atau menjauh dari salah satu dari banyak teori tentang bagaimana SARS-CoV-2 muncul. Mereka tidak menduga virus bocor dari laboratorium dengan keamanan tinggi di Wuhan, juga tidak menduga penyebab alami.
Tetapi mereka menegaskan gagasan bahwa virus corona baru beredar lebih awal dari wabah besar pertama di pasar makanan laut.
Untuk menentukan dengan tepat bagaimana dan dari mana virus itu berasal, para ilmuwan perlu menemukan apa yang disebut virus progenitor, yang darinya semua strain lain diturunkan.
Hingga saat ini, sekuens paling awal terutama adalah sampel dari kasus di Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan, yang awalnya dianggap sebagai tempat pertama kali virus corona muncul pada akhir Desember 2019. Namun, kasus dari awal Desember dan sejauh ini November 2019 tidak memiliki hubungan dengan pasar, menunjukkan cukup awal dalam pandemi bahwa virus muncul dari tempat lain.
Ada satu masalah yang mengganggu dengan urutan genetik pertama itu. Kasus-kasus dari kasus yang ditemukan di pasar termasuk tiga mutasi yang hilang dalam sampel virus dari kasus yang muncul beberapa minggu kemudian di luar pasar.
Virus yang kehilangan ketiga mutasi tersebut lebih cocok dengan virus corona yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda. Para ilmuwan relatif yakin bahwa virus corona baru entah bagaimana muncul dari kelelawar, jadi masuk akal untuk berasumsi bahwa progenitor juga akan kehilangan mutasi tersebut.
Dan sekarang, Jesse Bloom dari Howard Hughes Medical Institute di Seattle telah menemukan sekuens yang dihapus, kemungkinan beberapa sampel paling awal, juga tidak memiliki mutasi tersebut.
"Mereka tiga langkah lebih mirip dengan virus corona kelelawar daripada virus dari pasar ikan Huanan," kata Bloom.
Data baru ini mengisyaratkan bahwa virus itu beredar di Wuhan jauh sebelum muncul di pasar makanan laut.
"Fakta ini menunjukkan bahwa sekuens pasar, yang merupakan fokus utama epidemiologi genom dalam laporan bersama WHO-China tidak mewakili virus yang beredar di Wuhan pada akhir Desember 2019 dan awal Januari 2020." tulis Bloom dalam makalahnya yang diunggah pada Selasa (22/6) ke database pracetak bioRxiv.