REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut ekspektasi pemulihan ekonomi yang cepat dan nyata memberikan dampak inflasi yang meningkat di Amerika Serikat. Hal ini berpotensi menimbulkan response policy sehingga memicu aliran modal keluar asing (capital outflow) dari semua emerging market termasuk Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, saat ini pemerintah sedang membaca perbaikan ekonomi global yang bisa memicu taper tantrum seperti 2013 lalu. Adapun tapering yang dilakukan beberapa bank sentral negara maju memiliki potensi rambatan terhadap perekonomian khususnya sistem keuangan.
“Ini memicu capital outflow dari semua emerging market termasuk Indonesia, sehingga saat terjadi spekulasi atau kekhawatiran itu, capital outflown, termasuk surat berharga negara (SBN). Jika itu terjadi dan menekan nilai tukar,” ujarnya saat rapat kerja bersama Komisi XI di Gedung DPR secara virtual, Senin (14/6).
Menurutnya pemerintah juga mewaspadai potensi penurunan daya dukung investor global terhadap pembiayaan defisit fiskal dari sisi pasar SBN. Sehingga pemerintah juga akan melakukan penguatan dari sektor fiskal dan potensi pembiayaan.
"Kemenkeu memiliki surat keputusan bersama dengan Bank Indonesia yaitu burden sharing atau berbagi beban. Bank Sentral menjadi pembeli siaga (stand by buyer) dalam hal SBN," ucap Sri.