REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat industri asuransi jiwa Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif. Hal tersebut tercermin dari total pendapatan asuransi yang tumbuh 13.591,6 persen pada kuartal I 2021 menjadi Rp 62,66 triliun.
Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, menjelaskan elemen terbesar dari pendapatan industri asuransi jiwa ini berasal dari Premi. "Total pendapatan Premi mengalami pertumbuhan sebesar 28,5 persen YoY menjadi Rp 57,45 triliun di kuartal pertama tahun ini," jelas Budi, Selasa (8/6).
Pada kuartal pertama tahun 2021, total pendapatan Premi dari bisnis baru tercatat Rp11 triliun lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Setara dengan pertumbuhan 42,3 persen YoY. Sedangkan persentase Premi lanjutan atau yang dilanjutkan oleh nasabah mengalami kenaikan sebesar 9,3 persen.
Total pendapatan Premi dari bisnis baru senilai Rp 37,04 triliun tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar atau setara 59 persen dari total pendapatan perusahaan yang bernaung di bawah AAJI. Budi melihat bancassurance berperan besar dalam meningkatkan total pendapatan premi tersebut.
Pertumbuhan dari moda saluran yang memanfaatkan kerjasama antara perbankan dan asuransi ini memiliki pertumbuhan sekitar 55 persen dari periode sebelumnya. Bancassurance memiliki kontribusi lebih dari separuh dari total premi yang didapatkan di kuartal pertama tahun ini, tepatnya sekitar 53 persen.
Pertumbuhan juga terjadi pada saluran distribusi alternatif sebesar 35 persen atau mencapai Rp10,83 triliun. Saluran ini berkontribusi sebesar 18,8 persen pada total pendapatan Premi.
Namun perlambatan terjadi pada saluran distribusi keagenan dan telemarketing, masing-masing sebesar 5,8 persen dan 14,3 persen. Total pendapatan premi dari saluran distribusi agen mencapai Rp 16,15 triliun.
Selain premi, total pendapatan asuransi juga disumbang dari hasil investasi yang mencapai Rp 2,44 triliun atau tumbuh 105,1 persen. Lalu didukung juga oleh klaim reasuransi yang tumbuh sebesar 3,6 persen atau mencapai Rp 1,55 triliun. Kemudian pendapatan lainnya juga tumbuh 5,7 persen menjadi Rp 1,21 triliun.