REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank sentral China berusaha menahan lonjakan nilai tukar mata uang Yuan. Bank berupaya membuat Yuan dikontrol ketat lebih fleksibel dan berorientasi pasar.
Seperti dilansir dari laman AP, Senin (2/6) pemberi pinjaman komersial diperintahkan untuk menahan lebih banyak mata uang asing. Hal ini sebagai cadangan bank sentral untuk membatasi penjualan setelah yuan mencapai level tertinggi empat tahun 6,3674 terhadap dolar AS.
Bank Rakyat China sedang mencoba untuk menghalangi spekulan setelah yuan naik sekitar 12 persen terhadap dolar AS sejak Mei. Partai Komunis yang berkuasa mengatakan pada 2015 berencana menjadikan yuan sebagai mata uang yang dapat diperdagangkan secara bebas dan dapat digunakan secara bebas pada tahun lalu.
Namun hal itu telah mempertahankan kontrol karena kekhawatiran tentang perubahan nilai tukar dan aliran uang masuk dan keluar dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
“Sepertinya PBoC masih ingin tetap berpegang pada gagasan liberalisasi nilai tukar,” kata Iris Pang dari ING dalam sebuah laporan.
“Tapi ini sulit dicapai jika PBoC tidak suka spekulan. Pasar terdiri dari pengguna FX dan investor, termasuk spekulan," tambah Pang.
Adapun jumlah cadangan mata uang asing yang harus disimpan oleh bank di PBoC dari lima persen menjadi tujuh persen. Perubahan itu, yang pertama sejak 2007, akan mengunci sekitar 20 miliar dolar AS dari satu triliun dolar AS mereka dalam mata uang asing, menurut Macquarie Group.
Kenaikan tersebut merupakan sinyal kuat pembuat kebijakan semakin tidak nyaman dengan kecepatan kenaikan Yuan. Lonjakan nilai Yuan mengancam harga barang-barang China di pasar luar negeri, sehingga menghambat kebangkitan manufaktur menyusul kemerosotan tahun lalu.
Yuan yang lebih kuat akan membuat minyak impor, bijih besi dan bahan baku lainnya lebih murah bagi produsen China menyusul kenaikan harga komoditas global. Tetapi menunjukkan regulator tidak terlalu khawatir tentang itu daripada tentang stabilitas keuangan.
Pada 2017, bank sentral memperketat kontrol perdagangan untuk menghentikan penurunan nilai yuan setelah perubahan dalam mekanisme yang digunakan untuk menentukan nilai tukar yang dikendalikan negara memicu kesibukan penjualan.