REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan ritel PT Hero Supermarket Tbk (Hero Group) akan menutup seluruh gerai supermarket Giant di seluruh Indonesia mulai akhir Juli 2021.
Menurut Pakar Marketing Yuswohady, ini merupakan pukulan terakhir untuk industri ritel yang telah mengalami disrupsi sejak tiga tahun lalu. Saat ini terdapat tiga disrupsi di industri, yaitu disrupsi digital yakni perubahan dari fisik ke online, disrupi milenial yaitu dari sisi konsumen yang lebih memilih untuk delivery, dan terakhir adalah pukulan dari pandemi.
"Disrupsi pandemi ini seperti pukulan terakhir, ketika orang tidak bisa keluar rumah dan mal-mal menjadi sepi berpengaruh ke bisnis ritel," ujar Yuswohady kepada Republika.co.id, Selasa (25/5).
Di masa pandemi, ketika masyarakat lebih memilih untuk tidak keluar rumah, bisnis yang akan bertahan dan tetap tumbuh adalah bisnis yang mudah diakses di marketplace e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.
Baca Juga :
Kopi Kenangan akan Buka Gerai di Luar NegeriSelain itu, bisnis waralaba dengan produk-produk fast-moving atau kebutuhan sehari-hari dapat tetap bertahan di masa pandemi. Contohnya, Indomaret dan Alfamart yang lokasinya umumnya dekat dengan pemukiman.
"Indomaret kan deket dengan rumah, orang lebih suka ke Indomaret dengan waktu 5 menit ketimbang beli di Tokopedia yang setengah hari atau sehari baru sampai. Makanya bisnisnya tetap bertahan saat pandemi," jelas Yuswohady.
Baca Juga :
Debenhams Tutup Toko Terakhir MiliknyaRencana Hero Group yang akan mengubah beberapa gerai Giant menjadi supermarket Hero yang berukuran lebih kecil, menurut Yuswohady belum tentu menjadi strategi yang tepat. Hal ini karena lokasi gedung bekas Giant tersebut umumnya tidak berada di dekat pemukiman.
"Hero mungkin produknya fastmoving, tapi proximity-nya (jarak) biasanya tidak dekat dengan rumah. Jadi perlu dilihat akan seperti apa nantinya," katanya.
Sementara itu rencana perusahaan untuk memfokuskan mengembangkan mereka dagang IKEA dinilai tepat. Hal ini mengingat IKEA bukan hanya diperuntukkan untuk menjual furnitur tapi juga pengalaman kepada konsumen.
"Orang-orang akan tetep ke IKEA karena di sana bisa experience dengan langsung mencoba perabotan dan lainnya yang itu tidak akan didapatkan di e-commerce." ujar Yuswohady.
Sebelumnya Hero Group mengumumkan akan menutup seluruh gerai Giant dan mengubah lima gerai menjadi IKEA untuk menambah aksesibilitas bagi pelanggan."Selain itu, PT Hero Supermarket Tbk juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket," ujar Presiden Direktur Hero Group dalam keterangan resminya, Selasa (25/5).
Sektor peralatan rumah tangga, kecantikan dan kesehatan serta keperluan sehari-hari untuk kelas atas diyakini memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Untuk itu, ke depannya perusahaan akan fokus mengembangkan merek dagang IKEA, Guardian dan Hero Supermarket.
Hero Group menargetkan akan menggandakan jumlah gerai IKEA empat kali lipat dalam waktu dua tahun dibanding tahun 2020, serta menambah 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022.