REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Business Coach BTPN Syariah Andi Setio mengatakan, pihaknya selalu mengutamakan literasi bagi nasabahnya di daerah. Modal pemahaman terhadap nasabah itu, dinilainya penting demi membangun dan memberikan pendampingan hingga usaha yang dimaksud, bisa menggugah daerah sekitarnya.
"Baik nasabah atau bukan, pasti dapat literasi dulu sebelum bantuan. Sampai mereka paham uang dipake apa," ujarnya ketika ditemui Republika, Kamis (20/5) di sentra nasabah pembiayaan di Pringsewu, Lampung.
Dia menegaskan, pemberian modal selalu dilakukan pihaknya melalui para agen Community Officer (CO) BTPN Syariah. Andi menegaskan, cara tersebut memiliki manfaat bagi target dan sasaran para ibu rumah tangga prasejahtera. Selain memberikan pemahaman, kata dia, cara itu juga berguna untuk memberi dampak multiple nasabah, khususnya mengenai pemahaman nilai yang dibawa.
"Jadi para ibu ini terliterasi, dan menyebar ke anaknya, suaminya, orang tua bahkan tetangga," ucapnya.
Meski cara tersebut dinilainya sangat sulit, BTPN Syariah dinilainya tidak menuntut calon nasabah. Sehingga, calon nasabah bisa mengundurkan diri secara natural jika ada hal yang tidak dipahami atau paksaan dari pihak tertentu.
"Tidak mudah menjalani bisnis ini. Harus komitmen. Karena kalau menyentuh satu harus semua," kata dia.
Dengan pendekatan itu, berdasarkan laporan BTPN Syariah, hingga kuartal pertama 2021, pihaknya yang secara khusus melayani prasejahtera terus menunjukkan kinerja baik. Dikatakan, meski di tengah pandemi, penyaluran segmen ultra mikro mencapai 9,7 triliun.
Nilai itu, tumbuh sekitar enam persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Bahkan, kemampuan BTPN Syariah dalam menjaga kinerja juga tercermin dalam perolehan laba bersih setelah pajak (NPAT) selama kuartal pertama 2021, yang mencapai Rp 375 miliar atau setara dengan 44 persen laba bersih tahun 2020.
Adapun Dana Pihak Ketiga juga meningkat sebesar 9 persen, mencapai Rp 10,5 triliun. Lebih lanjut, BTPN Syariah berhasil mencatat total aset dan total ekuitas menembus milestone level 17 triliun dan level 6 triliun yaitu pada Rp 17,3 triliun dan Rp 6,3 triliun. Total pertumbuhan aset dan ekuitas tersebut mencapai 8 persen dari pada periode yang sama tahun lalu.